Karena Dia Hidup, Bersukacitalah!!

Karena Dia Hidup, Bersukacitalah!!

Bacaan: Yohanes 21: 1-14

Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.” Tidak ada di antara murid- murid itu yang berani bertanya kepada-Nya, “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.” (Yohanes 21:12).

Di kala seseorang mengalami kegagalan, sudahlah pasti hatinya dipenuhi dukacita, kehilangan semangat, wajah redup tak bercahaya. Seperti pada suatu hari seorang teman, sangat sedih karena seminar skripsinya ditolak, dan dia harus merombak hampir seluruh materi yang sudah dikerjakannya. Sangat sulit baginya untuk mendengar kata-kata seperti: “Sabar”, “jangan menyerah”, “berdoa”, “bersyukur saja”, “itu biasa”, dan sebagainya. Logikanya, bagaimana mungkin ada sukacita di kala keadaan lagi menyakitkan? Kekristenan memang unik dan menantang. Bersukacita itu justru harus tampak di saat-saat berat sekali pun.

Apa yang dialami para murid ketika melihat hasil jala mereka yang melimpah (153 ekor), tentu saja membuat mereka bersukacita. Kita dapat membayangkan, raut wajah para murid yang tadinya kusut dan kecut, berubah menjadi sumringah dengan mata yang berbinar-binar, ditambah linangan air mata keharuan. Ini sungguh kontras dengan sebelumnya, di mana mereka mungkin kurang semangat karena tidak mendapatkan apa-apa (ay.3). Namun sebenarnya, letak sukacita terpenting bukanlah karena tangkapan ikan yang melimpah, tetapi karena fakta bahwa Yesus hidup. Apalagi ketika mereka diajak oleh Tuhan untuk sarapan bersama, satu momen yang sangat spesial.

Sama halnya, ketika Lazarus mati, air mata dukacita terus membasahi pipi Maria dan Marta. Tetapi ketika Lazarus bangkit, air mata sukacita pun membasahi pipi mereka. Terjadi perubahan oleh karena kuasa kebangkitan. Karena memang Yesus sudah berkata: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” (Yoh. 11:25). Kebangkitan Kristus memberi sukacita dan sukacita itu tak pernah berhenti selama-lamanya. Jika kita percaya bahwa Dia benar- benar hidup dalam kita, Dia yang adalah sumber sukacita sejati takkan membiarkan kita terus diliputi kesedihan.

Inspirasi: Sukacita orang percaya, adalah sukacita yang berasal dari dalam hati yang bersifat permanen, bukan dari dari luar (dari dunia) yang bersifat relatif dan temporal.

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts