Karena Dia Hidup, Tenanglah!

Karena Dia Hidup, Tenanglah!

Bacaan: Yohanes 20:19-23

“Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri ditengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu.” (Yohanes 20:19b).

Sulit dibayangkan seperti apa suasana hati masyarakat Ukraina, sementara rudal mendesing berseliweran meluluhlantakkan kota mereka. Belum lagi dengan kedatangan tentara musuh memasuki rumah mereka. Ketegangan, ketakutan, kegelisahan, kegentaran, dan entah kata apalagi yang dapat disebutkan, yang benar-benar melanda mereka. Tetapi mungkin ada tentara Ukraina yang datang dengan suara lembut menenangkan hati mereka seraya berkata: “Tenang, jangan takut. Kami menjaga kalian.” Kata- kata itu tentu sedikit meredakan hati mereka yang sedang berkecamuk tak menentu itu.

Ini ada kesamaan dengan suasana hati para murid di sekitar kematian Yesus. Yohanes sendiri menulis bahwa pada saat malam di hari pertama minggu itu, sementara pintu-pintu terkunci, hati para murid yang berkumpul itu dipenuhi ketakutan, terutama kepada orang Yahudi. Dalam bayangan mereka, sudahlah pasti para penyalib Yesus itu sedang mencari mereka. Memang agak ironis juga, karena kalau dipikir, seorang murid Yesus tidaklah perlu takut pada manusia. Tetapi itulah kenyataannya. Rupanya pemahaman dan keyakinan mereka akan kebangkitan Yesus begitu minim, sehingga benar- benar Yesus yang telah mati dianggap tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Label status sebagai murid seolah-olah sirna dari hatinya. Jika para murid saja, yang sudah begitu dekat dengan Yesus, bisa berada dalam kondisi seperti itu, bagaimana dengan mereka yang bukan murid?

Namun kasih Tuhan nyata, di saat hati mereka kelam pekat di lembah kebimbangan seperti itu, terdengarlah suara: “Damai sejahtera bagi kamu!” Itulah Yesus yang bangkit sedang berada di tengah mereka. Masih kurang percaya? Yesus pun menunjukkan tangan-Nya yang berlobang paku dan lambung-Nya yang tertikam itu di depan mata kepala mereka. Lalu Yohanes menulis, “Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.” Ketakutan dan dukacita berganti sukacita. Komponis Spafford & Philip Bliss (1873) merefleksi suasana ini dalam lagunya, “It is Well with my Soul” (Nyamanlah Jiwaku), dengan baris pertamanya, “Bila damai mengiring jalan hidupku, rasa aman di hatiku. Dan kesusahan menimpaku, t’lah Kau ajarku mengingat Firman-mu. Ref. Nyamanlah jiwaku, nyamanlah nyamanlah jiwaku.” Apalah artinya kekayaan, kesuksesan, ketenaran, prestasi, pangkat dan jabatan, kecantikan dan kegagahan, jika kita kehilangan damai sejahtera?

Inspirasi: Tatkala damai sejahtera sorgawi memenuhi hati dan pikiran orang percaya, maka tak ada lagi tempat bagi segala keinginan duniawi, untuk memadamkan semangat melayani.

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts