Kebencian itu Mematikan

Kebencian itu Mematikan

Bacaan: 1 Samuel 18; 6-30

“…..Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa,” (Ay. 7)

Saat guru memuji-muji murid yang pintar secara berlebihan, tanpa memperhatikan murid lain yang tertinggal bisa berdampak buruk. Siswa yang disanjung jika tidak dewasa akan sombong dan merendahkan temannya. Bagi siswa yang kurang pandai bisa jadi minder, patah semangat, benci, cemburu sosial, masa bodoh, iri hati, dan kelas menjadi tidak kondusif. Kebencian tersebut muncul karena komentar guru yang tidak bijak dalam memperlakukan anak didik.

Mari belajar dari respon Saul yang penuh kebencian sehingga membahayakan nyawanya dan nyawa orang lain. Para wanita dalam kasus ini memuji Saul dan Daud dengan berbeda. Mengapa Saul marah dan dendam kesumat:

Ayat 7-9, Saul dibandingkan dengan Daud, Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa. Peristiwa itu membuat amarah Saul meledak dan merasa terancam (takut kehilangan jabatan). Sejak itu ia membenci dan dengki pada Daud

Ayat 21,25-26, Saul menjerat Daud akan diberikan anaknya Mikhal, jika membawa mas kawin 100 kulit khatan orang Filistin ( untuk menjatuhkan Daud melawan orang Filistin). Tapi Daud menang dan menjadi menantu raja

Saul. Ayat 10-12, roh jahat yang daripada Allah berkuasa atas Saul. Saul ingin menancapkan Daud ke dinding. Ia takut pada Daud sebab Tuhan menyertainya dan Roh Tuhan telah undur darinya. Apapun alasannya amarah dan kebencian itu melukai hati Tuhan.

Ayat 14,16, dan 30, Daud yang berpaut pada Tuhan berhasil di segala perjalanannya, dan seluruh orang Israel mengasihinya. Nama Daud semakin masyur.

Mari fokus pada Allah yang peduli dan setia. Kiranya peristiwa ini menolong kita menjadi lebih bijak memperlakukan orang lain. Belajar memperlakukan orang lain dengan baik tanpa membandingkan dengan kesuksesan orang lain sebab Tuhan menerima dengan kasih. Jika kita dibandingkan atau direndahkan, tidak usah membalas atau benci, tapi tetap semangat sebab Tuhan pasti membela. Bila kita sedang di atas dan sukses, harus tunduk pada Allah agar mampu rendah hati.

Inspirasi: Marilah kita senantiasa berkata, bersikap, dan bertindak dalam pimpinan Tuhan agar tidak menimbulkan kebencian atau sakit hati.

(LPMI/Rini Djatikoesoemo)

share

Recommended Posts