Kekristenan Prospektif

Kekristenan Prospektif

Bacaan: 2PETRUS3:1-16

“Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.” (2 Pet. 3:13)

Appenzell Swiss dikenal sebagai salah satu situs yang menarik. Dalam sebuah artikel ditulis, “Sejauh mata memandang, di Appenzell hanya terlihat bukit, pepohonan dan pegunungan berwarna hijau. Suasana yang begitu sejuk dan asri, membuat siapapun yang datang di sini merasa tenang dan nyaman.” (reddorz.com). Namun tentu saja ada waktunya terasa tidak menarik juga, bagi yang sudah sekian lama di sana. Mengapa demikian? Semua tahu bahwa di bumi ini memang tidak ada tempat permanen yang dapat memuaskan hati manusia. Alkitab menulis, ada suatu tempat yang jauh lebih indah dan kekal, yakni sebuah kota yang direncanakan oleh Allah bagi semua orang percaya (Ibr. 11:10). Kota itu memberi harapan (prospek) yang pasti, yang tak dapat , binasa, yang tak dapat cemar dan yang tidak dapat layu (1 Pet. 1:3-4).

Tetapi manusia yang pikirannya tersesat, yang sudah dibutakan ilah zaman ini (2 Kor.4:4), memiliki sikap yang berbeda denga orang percaya. Mereka mempersoalkan kepastian janji itu, sesuai dengan perhitungan (waktu) mereka sendiri. Bukan saja meragukan hari Tuhan, di mana Yesus akan datang kembali, tetapi mengejek kebenaran itu. Suatu hari seorang mualim kapal, seorang Kristen yang setia, bercerita tentang seorang yang sinis dan skeptis soal hari kedatangan Yesus itu. Dengan nada arogan ia menentang dan mengejek kebenaran Alkitab itu. Spontan sang mualim dengan penuh hikmat berkata kepadanya, “Benar juga Alkitab itu, bahwa pada zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek, dan buktinya anda ini adalah pengejek itu. Jadi Alkitab itu tidak salah.” Orang itu terdiam dan tak bisa membantah apa-apa lagi.

Memang, orang yang tidak mengerti apa itu pengharapan di dalam Kristus, mudah terbawa arus pemikiran yang sesat. Dalam menghadapi sikap ini, Petrus merasa perlu merujuk ke belakang (ay. 4-6), dan menegaskan bahwa Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya. Mengapa janji kedatangan-Nya belum terjadi, karena Ia masih memberi kesempatan orang berbalik dan bertobat (ay. 9). Kapan Ia datang, tak seorang tahu. Urusan kita bukan mempertanyakan kapan Ia datang, tetapi memberitakan kabar yang prospektif itu kepada semua orang.

Inspirasi: Kekristenan yang berbuah tak berhenti memberitakan hari kedatangan Tuhan itu. (BB)

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts