Keluarga vs Pelayanan

Keluarga vs Pelayanan

Bacaan : Markus 2:23-28
“Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! (Mar 3:34b)

 

Yesus diperhadapkan dengan dua situasi. Apakah Ia harus menghentikan
khotbahNya dan keluar untuk memenuhi panggilan keluarga jasmaniNya, atau
Ia tetap berdiri berkhotbah melayani keluarga rohaniNya. Jawaban Yesus
sangat mengejutkan seakan-akan Ia tidak sopan karena menolak Maria ibuNya
dan saudaraNya. Tentu saja Yesus tidak seperti itu, ada banyak hal yang Ia
lakukan untuk keluargaNya yang tidak perlu dimasukkan dalam naskah. Rasul
Markus fokus merekam pelayanan Yesus bukan kehidupanNya dalam keluarga.
Di moment tersebut Yesus menekankan kepada pendengar betapa pentingnya
taat kepada Allah, karena hubungan mereka dengan Yesus adalah saudara
ketika melakukan kehendak Allah.

Setiap orang yang terpanggil melayani Tuhan full time selalu
diperhadapkan situasi seperti ini. Apakah harus memprioritaskan keluarga
terlebih dahulu atau pelayanan? Pilihan ini berat karena kedua-duanya sama
pentingnya untuk dilakukan. Beberapa hamba Tuhan yang saya kenal
mengalami dilema dengan situasi ini. Keluarga menjadi “terabaikan” dan
“berantakan” karena memprioritaskan pelayanan, juga sebaliknya pelayanan
menjadi “terabaikan” dan “berantakan” karena memprioritaskan keluarga.
Dengan demikian mana yang harus didahulukan?

Sudah tentu Yesus yang harus menjadi teladan untuk dilema ini. Ia tidak
pernah mengabaikan keluarga jasmaniNya dan selama 30 tahun Ia
memberikan diri mengabdi kepada mereka. Namun pada waktu yang telah
ditetapkan, Ia harus memisahkan diri sesaat untuk fokus mengerjakan misiNya
yang mulia. Ia harus melayani semua orang termasuk keluargaNya, karena
mereka juga harus mendengar pengajaranNya dan diselamatkan. Pada
akhirnya tercatat bahwa Maria IbuNya dan saudaraNya juga mengambil bagian
dalam penggenapan Amanat Agung, dimana mereka termasuk dalam team 120
orang yang menerima Roh Kudus dalam peristiwa Pentakosta di Yerusalem (Kis
1:14).

Sudah pasti Tuhan akan menganggap tidak setia bagi siapa saja yang
dipanggil namun meninggalkan panggilan karena alasan keluarga, namun Ia
juga tidak akan bertepuk tangan jika hamba-hambaNya memprioritaskan
pelayanan dan mengabaikan sama sekali keluarga mereka. Untuk itu keluarga
harus menjadi bagian di dalam pelayanan hamba-hamba Tuhan yang dipanggil
melayaniNya sepenuh waktu.

Inspirasi: Doa, hikmat dan kekuatan dari Tuhan menjadi dasar utama
untuk menjalani dua tanggung jawab ini: melayani Tuhan dan melayani
keluarga bersama-sama dalam keseimbangan. Dengan demikian tidak menjadi
alasan untuk salah satunya terabaikan.

 

 

(LPMI/Zandy Keliduan)

share

Recommended Posts