Kesiapan untuk Mencintai

Kesiapan untuk Mencintai

Bacaan: Kejadian 22:16-17

22:16 kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku j  sendiri–demikianlah firman TUHAN–:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu k  yang tunggal kepada-Ku, 22:17 maka Aku akan memberkati engkau l  berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu m  sangat banyak seperti bintang di langit n  dan seperti pasir di tepi laut, o  dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. p 

Mungkin kita pernah dengar ada kalimat yang mengatakan “Cinta tanpa perbuatan hanyalah bualan belaka.” Mengatakan cinta berbeda dengan melakukan cinta. Ketika cinta hanya sebatas pada kata-kata tanpa melakukan cinta itu sendiri maka maknanya bisa kita pertanyakan kembali. Tetapi nyatanya keindahan cinta adalah buah dari perjuangan besar untuk melakukan dan merawat cinta itu. Dalam perjalanan mencintai, kita berjumpa dengan proses yang mengajarkan sekaligus meminta kita memiliki kerelaan hati untuk berkorban dan berkomitmen. Begitupun dengan cinta kita kepada Tuhan, keluarga dan sesama. Pengorbanan bisa datang dari sesuatu yang paling kita hargai, kasihi, dan perjuangkan. Semua itu diizinkan terjadi untuk membuat kita melihat seberapa besar cinta kita kepada Allah dan bagaimana kualitas cinta kita sebagai orang beriman.

Melalui teks Kejadian 22: 16-17, kita melihat bagaimana relasi cinta Abraham dengan Allah. Abraham melakukan ketaatan luar biasa dalam hidupnya. Dalam tahun-tahun yang terlewati, Abraham sudah banyak belajar untuk menaati dan mengasihi Allah. Namun ketika Allah meminta Abraham untuk mengorbankan anak yang dikasihinya dan ia taat pada perintah-Nya adalah bentuk perbuatan cinta yang luar biasa. Sesungguhnya Allah tidak menghendaki kematian Ishak, melainkan ingin menguji apakah cinta Abraham lebih besar kepada pemberian Allah, yaitu anaknya, atau kepada Sang Pemberi Hidup. Seperti api memurnikan emas, Allah memurnikan cinta Abraham lewat situasi sulit. Tujuan dari ujian cinta adalah memperkuat cinta itu sendiri dan menjaga komitmen kita kepada Allah. Sudah sepatutnya kepada Dialah kita memberi seluruh cinta. Karena dari Dia jugalah seluruh cinta yang kita miliki.

Pemeliharaan Allah sempurna, mengatasi segala kebimbangan manusia. Memang berat untuk melepaskan sesuatu yang sangat kita kasihi ataupun sangat berharga bagi kita. Namun saat kita mendasarkan dan mengutamakan hidup kepada apa yang Ia kehendaki, kita dimampukan oleh cinta-Nya yang besar untuk melakukannya. Ia lebih dulu mencintai kita melalui penyertaan, pengorbanan dan pemeliharaan-Nya setiap hari. Ketika kita mengaku mencintai Tuhan dalam hidup kita, sudahkah kita melakukan cinta itu? Ketika kita mengaku mencintai keluarga dan sesama, sudahkan juga kita menjadi pelaku-pelaku cinta Tuhan? Selamat mempersiapkan diri dengan hidup dalam cinta serta menghidupinya!

(Pdt. Adhitya CN)

 

NB: jika merasa diberkati melalui renungan ini, silahkan kirimkan link ini ke saudara-saudara terkasih 

share

Recommended Posts