KETURUNAN SEM, HAM, YAFET

KETURUNAN SEM, HAM, YAFET

Bacaan : Kejadian 10:1-32

Bagian Alkitab yang sulit dan sering membosankan untuk dibaca adalah silsilah. Seperti halnya Kejadian 10 ini. Silsilah ditulis bersifat selektif, hanya membicarakan keturunan laki-laki (10:1). Di antara tujuh anak Yafet hanya keturunan dari Gomer dan Yawan yang dipaparkan (10:2-4). Dari empat anak Ham (10:6), hanya keturunan Put yang tidak dicantumkan.

Pasal ini menggambarkan tentang kesatuan umat manusia melalui dua cara, pertama jumlah total bangsa yang mencapai 70. Karena silsilah ini bersifat selektif, angka 70 ini memiliki makna simbolis yang menyiratkan kesempurnaan atau kegenapan yang mewakili semua manusia. Cara kedua ditemukan di awal dan akhir silsilah ini (10:1, 32) dimana muncul frasa “anak- anak Nuh” dan “setelah air bah itu”. Keterangan ini menjadi pengingat bahwa terlepas dari keragaman suku- suku bangsa di dunia ini, semua berasal dari garis keturunan yang sama, yaitu keturunan Nuh.

Fenomena rasisme, diskriminasi rasial,  dan  superioritas  etnis  telah menjadi coretan kelam dalam sejarah manusia. Hal ini bertentangan dengan iman Kristen yang meyakini bahwa gereja adalah rumah segala bangsa. Semua suku bangsa berharga dan dikasihi Allah. Tidak pantas bagi kita kita untuk merendahkan suku bangsa lain dan menganggap suku kita yang paling tinggi derajatnya.

Dalam kedaulatan-Nya Allah bertindak tegas ketika ada upaya manusia untuk berkumpul di suatu tempat (11:4) karena rencana-Nya adalah manusia terserak di seluruh muka bumi dan supaya terbentuk suku-suku bangsa. Semua orang di silsilah ini, baik dari keturunan Yafet, Ham, maupun Sem, pada akhirnya berpartisipasi dalam proyek menara Babel. Hanya satu yang tidak terlibat, yaitu keturunan Peleg, yang tidak dicantumkan di pasal 10 ini (ay 10). Dari Peleg ini kemudian lahirlah Abraham, yang menurunkan Mesias.

Demikian juga kedaulatan dan kemurahan Allah juga berlaku dalam keluarga kita. Allah akan bertindak tegas agar rencana-Nya tergenapi, tetapi dalam ketidaksempurnaan keluarga kita kemurahan-Nya tersedia bagi kita.

“Tidak pantas bagi kita kita untuk merendahkan suku bangsa lain dan menganggap suku kita yang paling tinggi derajatnya”.

 

KB/NOP/25

 

share

Recommended Posts