KEUNIKAN PAK LABAN

KEUNIKAN PAK LABAN

Firman Tuhan: Kejadian 31: 22-24, 43-55
“Pada waktu malam datanglah Allah dalam suatu mimpi kepada Laban, orang Aram itu,
serta berfirman kepadanya: “Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub
dengan sepatah katapun.” (Kejadian 31:24)

Di Jawa ada budaya “Pelangkah” yaitu memberi sesuatu (perhiasan, baju, tas, atau yang
lain) sebagai tanda kakak merestui adiknya mendahului menikah. Barang tersebut tidak
bisa menutupi beban mental di masyarakat, apalagi jika kakaknya tidak menikah seumur
hidup. Hal itu menjadi beban pikiran orang tua.

Bacaan kita mengingatkan sebagian dari keseluruhan kisah Pak Laban. Bagaimana sikap
yang bisa kita pelajari?
• Laban bersukacita dan tulus menerima Yakub keponakan yang datang tanpa harta benda
(Kejadian 29:13-14).
• Memberi pekerjaan dan upah pada Yakub (Kejadian 29: 15).
• Menjaga adat istiadat dengan menikahkan putri yang lebih tua terlebih dulu, mereduksi
konflik sosial dan beban mental bagi Lea (Kejadian 29: 23, 26).
• Dalam kedaulatan Tuhan, keputusan Laban menjadikan Lea leluhur Daud, para Raja
Israel, dan Yesus Kristus melalui Yehuda.
Seperti apapun sikap dan perilaku Laban, faktanya Alkitab mencatat bahwa Tuhan
berbicara pada Pak Laban secara pribadi agar tidak berlaku jahat pada Yakub dan
keluarganya (Kejadian 31:24,30). Dalam pertemuan dan perjanjian dengan Yakub (Kejadian
31: 43-55), Laban berjanji dengan menyebut Allah Abraham dan memberkati anak-anak dan
cucu-cucunya. Itu adalah momentum perdamaiannya dengan Yakub dan namanya disebut
terakhir kali di Alkitab.

Untuk menolong kita, sehingga setiap generasi belajar dari peristiwa tersebut dan
menerapkan nilai-nilai penting dalam kehidupan. Manusia cendurung mudah menghakimi
orang lain daripada melihat sisi positif secara detail. Selain tidak bijak itu berpotensi dosa
di hadapan Tuhan. Kita harus belajar melihat segala sesuatu sesuai pandangan Tuhan
karena semua orang terus berproses, dan Tuhan berkarya secara simultan pada banyak
pribadi dalam pelbagai peristiwa. Kehidupan Pak Laban bersama anak-anak, menantu dan
juga cucu-cucunya, dipakai Tuhan menjadi berkat sepanjang zaman. Budaya lokalpun bisa
dilestarikan dalam terang Firman Allah bagi kemuliaan nama-Nya. (WDj)
Inspirasi: Di dunia ini tidak ada kebetulan, semua indah dalam rancangan Tuhan yang
sempurna.

 

LPMI/Wahju Djatikoesoemo

share

Recommended Posts