Konflik Otoritas

Konflik Otoritas

Bacaan: Lukas 14: 7-11

Tempat yang paling utama dan yang paling rendah

14:7 Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat e  kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 14:8 “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, 14:9 supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. 14:10 Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. 14:11 Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan 1  dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. f 

Seorang oknum pejabat parkir sembarangan di area bandara sembari menerima telepon. Ketika posisi mobilnya mengganggu lalulintas, seorang tukang parkir menegur dengan tegas dan mempersilahkannya mencari posisi yang benar. Bukannya menerima, oknum itu justru marah dan menyeret tukang parkir itu ke kantor bandara. Pejabat bandara yang merupakan yunior dari oknum tersebut menanggapi dengan sabar karena sudah hafal dengan tabiat buruk seniornya. Saat dihibur seorang staf, tukang parkir itu tersenyum, “Biar saja… di area parkir semua sopir harus nurut kita…”.Dalam bahasa Jawa kelakuan oknum diatas sesuai ungkapan “Menang ora kondhang, kalah mbarang wirang”(jika menang tidak terkenal, jika kalah sangat dipermalukan). Quote empiris ini lahir karena dari dulu fenomena ini sering terjadi. Namun jauh sebelumnya, Alkitab lebih dalam mengajarkan hal itu.

Konteks dekat dari ayat ini adalah suatu momentum wajar yang menjadi pijakan Yesus membuat alat peraga pengajaran dengan metode analogi. Secara luas dalam konteks relasi dan komunikasidiantara manusia berdosa yang diwarnai karakter dosa. Ayat kitamengajarkan beberapa prinsip

sbb: Yesus menggunakan konteks situai riil pernikahan sehingga menjadi memorable moment agar prinsip yang diajarkan mudah dan awet diingat.

Siapa saja bisa jatuh dalam kesombongan/ arogansi tak terkecuali anak Tuhan yang paling dewasa sekalipun.

Kesombongan atau meninggikan diri sebenarnya adalah hasil keputusan pikiran dan batin yang bisa didukung kebiasaan bahkan budaya.

Ada konsekuensi dari setiap kesombongan.

Nah sebagai salah satu tafsiran, jika prinsip tabur tuai dalam hal kesombongan ini kita perinci nilai resikonya bisa sangat besar walaupun kesombongan yang ditaburkan mungkin kecil. Ukuran tabur tuai ini variatif, sebagai contoh jika kita menanam sebutir padi dan menghasilkan 200-400 butir padi, bayangkan seberapa besar resiko ketika kita menabur sebutir kejahatan, iri hati, fitnah, korupsi, perselingkuhan, dll. Marilah kita putuskan untuk menabur hanya yang baik saja demi kemuliaan Tuhan dan kebaikan kita sendiri.

Inspirasi: Menabur dan menuai itu hukum yang baku, namun berapa proporsinya dan kapan datangnya kita tidak pernah tahu, waspadalah.

(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)

share

Recommended Posts