Kualitas Hidup
Bacaan: Filipi 3:7-11
“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian- Nya.” (Fil. 3:10).
Setelah era digital menguasai pasaran dunia, keluarlah berbagai produk teknologi digital dengan berbagai jenis mereknya. Yang pertama dilihat orang adalah kualitasnya bukan? Kalau bicara kualitas barang, setiap hari sudah begitu melekat dalam hidup manusia. Tapi agak jarang terdengar orang berbicara kualitas rohani. Dunia yang sudah sarat dengan natur dosa ini, sangat sulit bahkan tidak mungkin membicarakan kebenaran rohani. Agama dengan segala pandangan teologinya banyak berbicara tentang aspek ritual dan legalistiknya, tetapi tidak bicara soal relasi dengan Allah. Berbeda dengan kekristenan yang berpusat pada Tuhan Yesus Kristus, kualitas rohani terus menjadi concern (pusat perhatian).
Harapan Paulus agar gereja di Filipi makin mengenal Dia serta kuasa kebangkitan-Nya, ini bicara soal kualitas. Makin mengenal agar makin serupa dengan Kristus, memang suatu proses. Paulus sendiri tentu saja dalam proses menuju ke arah itu. Dia mendorong orang percaya di Filipi, tetapi dia sendiri juga berjuang untuk semakin mengenal Kristus lebih dalam. Sekali lagi kita mengerti bahwa pengenalan di sini bukan soal tahu secara intelektual tentang Dia, tetapi membangun hubungan secara rohani. Seperti kata J.I Packer: “Knowing about God and also knowing God through the context of a close relationship with the person of Jesus Christ.” Jadi orang yang memiliki hubungan pribadi dengan Kristus, dengan sendirinya mengenal kuasa kebangkitan-Nya. Dia yang hidup berkuasa atas kematian, kelemahan, dan keterbatasan. Ketika Ia menampakkan diri pada para murid-Nya, Ia mau menyatakan bahwa bersama Dia akan senantiasa ada kebangunan rohani (revival), dinamika iman, dan kekuatan baru serta pengudusan yang terus menerus, sambil menanti kedatangan-Nya kembali. Maka seharusnya jangan lagi hidup yang singkat ini dilanda tawar hati (cf. 2 Kor.4:16).
Kita tidak hanya menikmati quality time, tetapi juga berjuang untuk memiliki quality of life. Mengapa? Dunia ini sedang mengalami krisis kualitas moral spiritual. Darimana lagi mereka mengharapkan kualitas itu kalau bukan dari kekristenan? Makin tinggi bobot kerohanian kita, maka pikiran kita, perkataan kita, perilaku dan tindakan termasuk karya kita, makin berbobot pula. Itu berarti makin luas pula pengaruh kita, dimanapun kita berada. Daniel, Yusuf, Paulus, dan masih banyak lagi, sudah menampilkan hal itu, lalu bagaimana dengan kita? Mereka manusia biasa, tetapi telah menampilkan hidup yang luar biasa. Kita sering mendengar orang berkata, “Professor itu sangat berbobot”, tapi apakah itu termasuk kerohaniannya?
Inspirasi: Yang dilihat dan disorot oleh dunia bukanlah soal panjang singkatnya hidup atau pandai tidaknya seseorang, tetapi seperti apa kualitas hidupnya.
(LPMI/ Boy Borang)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024