LOGIKA ORPA?

LOGIKA ORPA?

Firman Tuhan: Ruth 1:1-16
“Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku” (Yesaya 46:9).

 

Pada zaman para hakim memerintah terjadilah kelaparan di tanah Israel. Elimelekh, seorang dari Bethlehem-Yehuda beserta isteri dan kedua anak laki-laki, Mahlon dan Kilyon pergi ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing. Kedua anak Elimelekh mengambil perempuan Moab sebagai istri yaitu pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut (Rut 1:1,24). Pada zaman itu setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Orang Israelitu melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dengan beribadah kepada para allah asing termasuk kepada para allah Moab. Mereka meninggalkan TUHAN dan tidak beribadah kepada-Nya (Hakimhakim 10:6; 17:6). Moab dan Israel memiliki sejarah yang panjang. Salah satunya pada waktu perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka mengupah Bileam bin Beor untuk mengutuki orang  Israel. Akibatnya kemudian ada larangan seorang Moab tidak boleh masuk jemaah Tuhan sampai dengan keturunan yang kesepuluh (Ulangan 23:3-4).
Setelah suami dan kedua anaknya meninggal, Naomi istri Elimelekh mendengar bahwa Tuhan telah memperhatikan umat-Nya. Kemudian ia dengan kedua menantunya berkemas meninggalkan daerah Moab (Rut 1:6). Dalam perjalanan, Naomi menyuruh kedua menantunya untuk pulang ke rumah masing-masing dan membangun keluarga yang baru (Rut 1:9). Orpa kemudian pamit kembali ke bangsanya dan allahnya (Rut 1:14).

Bagi Orpa, apa yang disampaikan Naomi sangatlah masuk akal. Keputusan Orpa yang didasarkan pada logika, membawanya kembali ke bangsanya dan Allahnya (Rut 1:15). Berbeda dengan Rut, keputusannya mungkin saat itu tidak masuk akal dan tidak logis, namun kemudian keputusan itu membawanya bukan saja boleh masuk jemaah Tuhan dan memiliki Allah sebagai allahnya, tetapi juga menjadi seseorang yang tercatat dalam garis keturunan akan lahirnya Sang Mesias.

Inspirasi: Tindakan yang hanya didasarkan pada logika sangat mungkin justru akan menjadi penghalang bagi suatu perjalanan iman dan perjumpaan sejati dengan Tuhan. Dibutuhkan kerendahan hati, hati yang peka dan ketaatan untuk mengikuti pimpinan Tuhan.

 

LPMI/Lamroida Silalahi

share

Recommended Posts