Majulah, Kelilingilah !
Bacaan : Yosua 6:1-8
“Dan kepada bangsa itu dikatakannya: “Majulah kelilingilah kota itu, dan orang
orang bersenjata harus berjalan di depan tabut Tuhan,” (Yosua 6:7)
Suatu instruksi atau perintah dari atas, jika itu sesuatu yang dipandang
sulit, aneh, bahkan mustahil, selalu pasti mengundang tanda tanya, keraguan,
ketidakpercayaan dan sikap pesimis bukan? Bahkan ada yang berani memprotes,
menolak, mengeritik perintah itu. Ini dapat terjadi di dalam pemerintahan,
perusahaan, lembaga pelayanan, pendidikan dan latihan, dan sebagainya.
Apa yang diperintahkan Yosua kepada bangsa Israel di sekitar kota
Yerikho itu? Mereka disuruh maju dan berkeliling, mulai dari barisan imam
maupun pasukan bersenjata, lengkap dengan segala atributnya; sangkakala,
tabut perjanjian, dan lain-lain. Mereka harus disiplin dan taat pada instruksi
Yosua, kapan harus diam dan kapan harus bersorak. Tiap hari (sampai hari ke
enam) mereka keliling satu kali kemudian istirahat di perkemahan. Namun pada
hari ketujuh mereka harus mengelilingi kota itu tujuh kali. Dan nanti pada kali
yang ketujuh itu, barulah mereka dipentahkan untuk meniup sangkalala dan
bersorak, sebagai tanda kemenangan. Mungkin saja di dalam proses yang cukup
rumit itu, sebagian orang berpikir apa-apaan ini semua, mengapa harus ini dan
itu? Mungkin sebagian lagi bersikap apatis, yang penting ikuti saja. Tetapi
mungkin juga sebagian besar bangsa itu benar-benar percaya, bahwa Tuhan
berkuasa menaklukkan kota itu, karena bagi Allah tak ada yang mustahil (Luk.
1:37). Kedaulatan Allah yang tidak terbatas, tak dapat dibatasi oleh pikiran
manusia yang terbatas.
Dalam hidup ini, kita terus berhadapan dengan instruksi, perintah,
didikan, tuntunan, arahan, kewajiban, keharusan, yang tak habis-habisnya
seperti bangsa Israel. Sebenarnya yang dituntut adalah kesediaan untuk taat.
Perintah atau firman Tuhan bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk ditaati.
Orang Kristen yang semakin matang rohaninya, akan semakin terlatih dengan
suara Tuhan. Saat disuruh berdiam diri dulu, ia belajar diam. Saat disuruh
maju, ia maju. Saat disuruh kerjakan, ia kerjakan. Yesus sendiri memberi
contoh pada murid-murid-Nya berkeliling dari kota ke kota, desa ke desa,
namun ada saatnya Ia berdiam diri untuk berdoa, sebelum melangkah lebih
lanjut (Luk. 13:22). Jadi kualitas kepekaan dan kepatuhan seorang yang mau
maju, seharusnya semakin tinggi.
Inspirasi: Mereka yang taat, tak mau menguras energinya dengan protes,
kritik, kemarahan, sakit hati yang tidak produktif, kecuali melangkah pergi
dengan iman menuju sasaran bersama Tuhan sendiri.
(Boy Borang/LPMI)
Recommended Posts
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024
Berdiri Teguh di Tengah Tantangan
November 20, 2024