Manusia Baru! Baru Bagaimana?

Manusia Baru! Baru Bagaimana?

Bacaan: Efesus 4:17-32

“Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” (Efesus 4:23-24).

Suatu hari seorang pria tua yang tampak masih gagah dan rapi, menjadi bahan pembicaraan ketika ia berbaur dalam sebuah pertemuan. Ketika itu bau harum bercampur bau aneh menyengat rupanya datang dari pria itu. Ternyata pria itu mengenakan dua lapis baju. Yang lapisan luar tampak baru dan bersih, tapi bagian dalam lusuh dan kotor. Keadaan itu membuat orang tersenyum masam bercampur rasa jijik. Kemudian mereka menyimpulkan, pria itu mengenakan baju baru tanpa menanggalkan baju kotor, yang mungkin sudah dipakainya beberapa hari.

Gambaran ini dipakai Paulus saat dia menjelaskan arti manusia baru di dalam Kristus. Bahwa seharusnya siapa yang sudah ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, sehingga yang lama sudah berlalu, dan yang baru sudah datang (2 Kor.5:17), tetapi kenyataannya, ada orang Kristen yang masih memakai dua macam baju: baju baju hidup baru dan lama. Ia tidak menanggalkan tabiat lama, sementara mencoba memulai hidup barunya. Memang ada peperangan sengit di baliknya, seperti yang diakui Paulus (Roma 7; Gal. 5:17). Makna perkataan Yesus bahwa, barangsiapa mengikut Aku ia harus menyangkal dirinya (Mat.16:24), sangat terasa begitu menantang (challenging).

Apa yang harus ditanggalkan? Paulus menyebutkan contoh mulai dari dusta, amarah, mencuri, perkataan yang sia-sia, dan masih banyak lagi. Membuang dusta dan belajar berkata benar dan jujur, tidaklah mudah. Begitu juga bagaimana boleh marah tapi jangan berdosa, mungkinkah? Dalam praktek, marah tanpa berdosa itu sangat berbeda tipis dengan marah karena hawa nafsu. Marah yang berdosa berarti memberi kesempatan kepada Iblis. Manusia baru juga harus menanggalkan kebiasaan mencuri. Mencuri bukan saja merugikan orang lain, tetapi juga diri sendiri. Maka seorang yang sudah dibaharui, lebih baik bekerja keras untuk keperluan dirinya, bahkan bisa membagi pada orang lain. Kemudian berbicara kotor dalam arti mengatakan hal-hal yang busuk dan tak berguna, harus dibuang. Perkataan yang demikian tidak membangun, malah menyakiti dan merusak orang lain. Banyaknya kasus dalam rumah tangga, bahkan dalam pelayanan rohani, disebabkan oleh salah bicara bukan? Satu dua kata yang tidak bijaksana, membuat rumah tangga bisa pecah atau pelayanan bisa hancur lebur. Kepahitan, kegeraman, kemarahan , pertikaian bagaikan sampah yang harus dibuang, karena kalau tidak sungguh mengerikan. Bagi manusia baru, hidup ini akan sangat membahagiakan, karena Kristus yang mengendalikannya. Dalam Kristus ada keramahan kasih yang saling mengampuni. Bagaimana dengan kita?

Inspirasi: Tanpa pembaharuan hati, maka segala upaya untuk memajukan pembangunan dan pelayanan akan selalu berada dalam masalah yang tak pernah selesai.

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts