Masih Mau Berbuat Baik?

Masih Mau Berbuat Baik?

Bacaan: Mazmur 37:27-33

“Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya;” (Mzm 37:27 TB)

Leo Tolstoy pernah berkata, “There is no greatness where there is not simplicity, goodness, and truth.” – Tidak ada kebesaran tanpa kesederhanaan, kebaikan dan kebenaran.” Nilai daripada kebaikan itu bukan saja sangat tinggi tetapi juga sangat kuat. Siapa yang dapat mengalahkan kebaikan? Dunia kita yang berdosa dipenuhi dengan perbuatan jahat yang dibalas dengan kejahatan. Jikalau hukum rimba yang berlaku, maka manusia akan tak pernah habis-habisnya menghabisi satu sama lain, sarnpai ada istilah, “Pembalasan lebih kejam daripada perbuatan.” Namun apa yang terjadi kalau kejahatan dibalas dengan kebaikan? Kebaikan akan selalu menang dan sanggup meredam permusuhan. Sementara konsep dunia mengajarkan balaslah kejahatan dengan kejahatan, Alkitab mengajar, jauhilah kejahatan dan lakukanlah yang baik. Sungguh konsep yang sangat kontras.

Dalam Mazmur ini (ay 23-31), menurut Alien Ross, penafsir kitab Mazmur, Daud menggambarkan berkat yang dialami oleh orang benar: 1. Tuhan akan menetapkan langkahnya (23-24). 2. Tuhan akan menyediakan hidangan baginya (25-26). 3. la mengasihi dan melindungi orang yang berbuat kebaikan (cf. ay 3). 4. Orang benar beroleh hikmat karena firman Tuhan ada di dalam hatinya (ay 30-31). Dalam Lukas 6:33, Tuhan Yesus menunjukkan nilai dan level daripada kebaikan orang percaya jauh lebih tinggi daripada etika manusia pada umumnya. Kebaikan yang ditampilkan seorang murid Kristus adalah kebaikan kasih, bukan sekedar kebaikan moral biasa. Lihat saja perkataan Yesus yang mengejutkan ketika la disalibkan, “Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang rnereka perbuat.” (Lukas 23:34). Bukankah la berkuasa membalas kejahatan mereka yang menyalibkannya? Namun itu tidak dilakukan-Nya. Bahkan jika merujuk jauh ke belakang, Yusuf sangat berpeluang membalas kejahatan saudara-

saudaranya, namun ternyata kebaikan hatinya menjauhi pembalasan itu (Kej. 50:19-21). Bagaimana dengan kita? Pada saat inf mungkin orang Kristen pun punya alasan kuat untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Mungkin kita marah kepada orang yang memfitnah, menipu, meremehkan, menyakiti kita. Seperti sering orang katakan, “Mereka harus diberi pelajaran!” Tetapi haruskah demikian? Bukankah justru di masa-masa sulit, kebaikan anak Tuhan harus makin berbicara?

Inspirasi: “Memperlakukan orang dengan kemurahan hati dan tidak dengan keinginan membalas dendam, adatah jalan untuk mengubah orang itu.” (Barclay).

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts