Masih Mau Bersyukur?
Bacaan : Mazmur 37:12-20
“Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik;” (Mzm 37:16 TB)
“Bersyukur sejauh keadaan baik, ya tentu saja. Tetapi di kala keadaan buruk, tunggu dulu!” Itulah kira-kira ungkapan hati orang pada umumnya. Alkitab bicara bersyukur “walau” (unconditional), dunia bicara bersyukur “kalau” (conditional). Bagaimana orang bersyukur sementara semua serba susah; kehilangan pekerjaan, tak punya uang cukup untuk keperluan sehari- hari, biaya pendidikan anak sekolah yang minim, mereka terancam putus sekolah. Belum lagi kesehatan merosot, sering mengalami hal-hal yang mengecewakan, menyakitkan, merugikan, dan sebagainya. Bagaimana bisa bersyukur? Bagi pandangan dunia, itu tidak masuk akal. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah sikap mau bersyukur dalam keadaan sukar, itu bicara kualitas atau kuantitas?
Ketika pemazmur berkata, “Lebih baik sedikit pada orang benar, daripada beriimpah-limpah pada orang fasik”, ia merujuk pada kualitas. Makna “sedikit” pada orang benar lebih besar nilainya daripada rnakna “berlimpah-limpah” pada orang fasik. Sedikit secara kuantitas tetapi disyukuri lebih berharga daripada berlimpah-limpah tanpa rasa syukur. Rasul Paulus mengakui hal ini ketika ia berkata “aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala hal”, sehingga ia sanggup bersyukur (Filipi -4:11). Sikap orang benar lebih terarah kepada nilai rohaniah daripada jasmaniah. la selalu bertanya pada Tuhan apa yang berkenan dilakukan. Sikap ini pula yang terlihat dalam Amsal 30:8-9, ia tidak bicara soal miskin atau kayanya, tetapi sikap hatinya terhadap keadaan itu. la berdoa agar terhindar dari dusta karena miskin dan diberi kecukupan setiap hari – protection from lying and provision daily sustenance (Buzzell). “Dengan kata lain, la mail berkenan pada Allah di dalam segala hal. Jika Tuhan memerintahkan “mengucap syukur dalam segala hal” (1 Tesalonika 5:18), maka porsi orang percaya adalah menaatinya, bukan mempertanyakannya. Sehingga di dalamnya ada damai sejahtera, dan Tuhan juga berjanji tak pernah meninggalkan orang benar terlantar (Mazmur 37:23- 25). Tidak tahu bersyukur, selain kehilangan damai sejahtera, juga berarti tidak taat pada perintah Tuhan. Kita ingat Nick Vujisic? la seorang pria tanpa tangan dan kaki, namun menjadi motivator dan pemberita Injil yang luar biasa. Ada sebuah ungkapan, “Sebelum anda mengeluh tak punya sepatu, ingatlah ada banyak orang tak punya kaki.” Kalau begitu, masih maukah kita bersyukur?
Inspirasi: Mengucap syukur dalam segala hal bukanlah ranah orang duniawi, tetapi orang percaya yang melihat segala sesuatu dari sudut pandang Allah sendiri.
(LPMI/Boy Borang)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024