Mati Tapi Hidup

Mati Tapi Hidup

Bacaan: Kolose 2:6-15

“Kamu juga meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita.” (Kol. 2:13).

Definisi “hidup” menurut dunia yang berdosa ini benar-benar begitu kontras dengan makna “hidup” yang dibicarakan Alkitab. Dunia mengukur hidup manusia dari sisi penampilan lahiriah, sementara kekristenan bicara kehidupan itu adalah persekutuan dengan Allah secara rohaniah. Karena pengertian yang salah, dunia yang sebenarnya mati di hadapan Allah, dengan begitu angkuh merasa bisa hidup tanpa Allah. Ini yang nama nya hidup tapi

mati.Seseorang yang begitu ketat dengan argumentasi mempertahankan pandangannya, tentang kesuksesan hidup tanpa Kristus, ternyata bisa luluh dan menyerah tanpa banyak bicara, kecuali berkata: “ Ya Tuhanku, Ya Allahku.” Seperti Paulus sendiri, semua argumentasi teologi keyahudiannya sirna sekejab, tatkala sinar kasih Kristus bercahaya menembus hatinya yang gelap di ujung kota Damsyik. Hatinya yang tadinya membara dengan api kebencian, seketika dimatikan oleh kesejukan kasih sorgawi yang mengalir deras tak terbendung itu. Seperti kata lagu, “Kasih-Nya seperti sungai di hatiku.” Akhirnya Paulus mengambil kesimpulan, bahwa ternyata dahulu (dengan kebanggaan agamawinya) dia merasa hidupnya berjaya, sebenarnya ia mati tak berdaya secara rohani, di hadapan Allah yang Mahasuci itu. Setelah berjumpa dengan Yesus, dengan tanpa bimbang dan ragu ia berani bersaksi: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman di dalam anak Allah, yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal. 2:20). Dia mati bagi dosa tetapi hidup bagi Kristus (Roma 6:11).

Di mana posisi kita? Jika kita berkata, “aku sudah berada di dalam Kristus” (2 Kor.5:17), maka timbullah suatu beban dalam hati kita, “bagaimana dengan mereka yang masih berada di luar Kristus?” Saya teringat seorang teman pernah mengajak saya, “Ayo, mari kita pergi ke orang mati”, katanya. Saya bertanya, “dimana orang yang mati itu?”. Ia berkata, “Mari kita cari!” Dia benar. Kita harus mencari mereka yang mati (rohani) agar beroleh hidup kekal di dalam Kristus (Yoh. 3:16).

Inspirasi: Orang yang merasa hidupnya baik-baik saja tanpa Kristus, adalah justru orang-orang yang tidak baik baik-baik saja di hadapan-Nya.

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts