Membangun Rumah Bersama yang Nyaman

Membangun Rumah Bersama yang Nyaman

Bacaan: Mazmur 84:1-8

Rindu kepada kediaman Allah

84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah. (84-2) Betapa disenangi tempat kediaman-Mu 1 , t  ya TUHAN semesta alam! 84:2 (84-3) Jiwaku hancur karena merindukan u  pelataran-pelataran TUHAN 2 ; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. v  84:3 (84-4) Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, w  ya TUHAN semesta alam, x  ya Rajaku y  dan Allahku! z  84:4 (84-5) Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu 3 , yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Sela 84:5 (84-6) Berbahagialah manusia yang kekuatannya a  di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! b  84:6 (84-7) Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; c  bahkan hujan pada awal musim d  menyelubunginya dengan berkat. 84:7 (84-8) Mereka berjalan makin lama makin kuat, e  hendak menghadap f  Allah di Sion. g  84:8 (84-9) Ya TUHAN, Allah semesta alam, dengarkanlah doaku, h  pasanglah telinga, ya Allah Yakub. Sela

Ada kata-kata bijak yang mengatakan, “Matahari di rumah lebih hangat daripada matahari di tempat lain.” Saat kita berada di tempat asing, saat kita diperantauan, saat kita berada jauh dari rumah, tidak ada hal lain yang kita inginkan selain melihat matahari dari rumah kita sendiri. Bagaimanapun rumah selalu menjadi tempat ternyaman dan teraman untuk hati. Tidak seorangpun dapat memungkiri itu. Saat ini, dunia begitu keras, persaingan merajai kehidupan, keegoisan menggerogoti hati manusia. Di saat kita lelah berjuang melewati hari yang penuh tanda tanya, rumah menjadi tempat melepas lelah dan penat.

Kesaksian mengenai rumah adalah tempat yang dirindukan dan diinginkan tertuang dalam kesaksian Mazmur dalam bacaan kita saat ini. Bangsa Israel perlu menempuh perjalanan yang jauh, lama, dan melelahkan untuk sampai pada pusat ibadah mereka di Yerusalem. Namun perjalanan tersebut mereka tempuh dengan sukacita karena adanya harapan: mereka akan mengambil bagian dalam perayaan agama di Yerusalem. Sejauh apapun bangsa Israel dari Yerusalem, selalu ada hati dan rindu untuk menuju kembali ke Yerusalem, sebagai rumah mereka. Tempat mereka berjumpa dengan Allah yang hidup dan maha kasih.

Kerinduan akan rumah yang nyaman itu pula yang menjadi kekuatan bagi kita untuk senantiasa memiliki hati bertumbuh melalui gereja-Nya. Memiliki hati dalam membangun gereja yang Tuhan percayakan kepada kita. Gereja yang telah menjadi rumah bersama kita dalam hal mengenal dan bertumbuh di dalam Tuhan. Gereja memberikan ruang bagi kita untuk ambil bagian di dalamnya sebagai sarana karya kita bagi kemuliaan-Nya. Kerinduan bangsa Israel untuk kembali pulang ke Yerusalem mengajak kita untuk rindu akan rumah kediaman Tuhan, yang menyemangati kita untuk saling melayani dengan kasih kepada-Nya. Berbahagialah kita yang menjadi bagian utuh dalam persekutuan dengan Tuhan dan gereja-Nya, yang menjadikan gereja sebagai rumah bersama.

 

(Pdt. Adhitya CN)

share

Recommended Posts