Menabur dan Menuai dalam Kefanaan (1)
Bacaan: 2 Raja-raja 5:20-27
5:20 berpikirlah Gehazi, bujang Elisa, abdi Allah: “Sesungguhnya tuanku terlalu menyegani Naaman, orang Aram ini, dengan tidak menerima persembahan yang dibawanya. Demi TUHAN e yang hidup, sesungguhnya aku akan berlari mengejar dia dan akan menerima sesuatu dari padanya 1 .” 5:21 Lalu Gehazi mengejar Naaman dari belakang. Ketika Naaman melihat ada orang berlari-lari mengejarnya, turunlah ia dengan segera dari atas kereta untuk mendapatkan dia dan berkata: “Selamat!” 5:22 Jawabnya: “Selamat! Tuanku Elisa menyuruh aku mengatakan: Baru saja datang kepadaku dua orang muda dari pegunungan Efraim dari antara rombongan nabi. Baiklah berikan kepada mereka setalenta perak dan dua potong pakaian. f ” 5:23 Naaman berkata: “Silakan, ambillah dua talenta.” Naaman mendesak dia, dan membungkus dua talenta perak dalam dua pundi-pundi dan dua potong pakaian, lalu memberikannya kepada dua bujangnya; mereka ini mengangkut semuanya di depan Gehazi. 5:24 Setelah mereka sampai ke bukit, disambutnyalah dari tangan mereka, disimpannya di rumah, dan disuruhnya kedua orang itu pergi, maka pergilah mereka. 5:25 Baru saja Gehazi masuk dan tampil ke depan tuannya, berkatalah Elisa kepadanya: “Dari mana, Gehazi?” Jawabnya: “Hambamu ini tidak pergi ke mana-mana!” 5:26 Tetapi kata Elisa kepadanya: “Bukankah hatiku ikut pergi, ketika orang itu turun dari atas keretanya mendapatkan engkau? Maka sekarang, g engkau telah menerima perak dan dengan itu dapat memperoleh kebun-kebun, kebun zaitun, kebun anggur, kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan budak perempuan, h 5:27 tetapi penyakit kusta i Naaman akan melekat kepadamu dan kepada anak cucumu untuk selama-lamanya.” Maka keluarlah Gehazi j dari depannya dengan kena kusta, putih seperti salju. k
Ada sebuah ungkapan akrostik Jawa (kebenaran empiris) yang mengatakan “Bapa – tapa, anak nampa, putu melu, buyut katut, canggah kesrambah, wareng kagandheng, udheg-udheg siwur misuwur” yang artinya laku prihatin orang tua bisa menjadi berkah bahkan sampai anak keturunan ke 6. Intinya orang tua juga bertanggung jawab sampai dia meninggal apapun keputusan & kerja kerasnya selama hidup akan mempengaruhi anak keturunannya.
Dalam narasi ini ada seorang Naaman, panglima Aram yang disembuhkan secara ajaib namun tidak diperkenankan memberikan “bayaran” kepada Nabi Elisa (ay 16). Gehazi sebagai ajudan nabi Elisa melihat peluang besar untuk menipu Naaman, dan penipuannya sukses sehingga Gehazi kaya mendadak (ay 20-24). Ketika kembali pada nabi Elisa, semula Gehazi berdusta, namun Elisa mengerti dengan kepekaannya akan ketidakjujuran bujangnya (ay 25-26). Nilai pemberian Naaman memang sangat besar, dari 70 kg perak bisa dibeli kebun-kebun (zaitun dan anggur), kambing domba serta lembu, bahkan juga budak-budak lelaki dan perempuan. Ketamakan Gehazi bukan hanya berujung pada pensiunnya sebagai ajudan nabi Elisa, namun seluruh anak keturunannya terkutuk karena seluruhnya kena kusta (ay 27). Dalam zaman itu peraturan bagi pengidap kusta memang keras dan tegas, dimana mereka harus diisolir dari masyarakat sampai dinyatakan tahir oleh imam (Imamat 13).
Hati-hatilah dengan ketamakan, bukan hanya bisa kehilangan karier namun bahkan mencelakakan anak cucu. Dalam kefanaan, sampai mati kita harus berhati-hati agar keputusan kita tidak mencelakai mereka. Gratifikasi, mark up, korupsi, TPPU, dkk adalah modul lama kedagingan yang terus menemukan model baru yang bahkan secara hukum tidak mudah dilacak. Waspada dengan kesempatan untuk berbuat curang, bisa didapat dan digunakan untuk mendapatkan bermacam-macam barang namun kerugiannya besar, baik secara materi, hukum, maupun sosial.
Inspirasi: Waspadalah terhadap bahaya ketamakan. Ketamakan kecil akan beranak pinak menjadi besar tanpa kendali Roh Kudus.
(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024