Menantu Lari Dikejar Mertua

Menantu Lari Dikejar Mertua

Bacaan: KEJADIAN31:22-55

Maka segera dikabarkan kepada Laban pada hari ketiga bahwa Yakub melarikan diri. Lalu Laban bersama-sama dengan saudara-saudaranya mengejar Yakub selama tujuh hari perjalanan dan mengejar dia di pegunungan Gilead. (Kej 31:22, 23)

Cerita Yakub dan Laban mertuanya sangat dramatis, menguras emosi pembacanya. Sekiranya dibuatkan sinetron, mungkin judul yang cocok “menantu lari dikejar mertua”. Laban tampaknya hanya memperhatikan keuntungannya sendiri. Dia terus-menerus mengubah persyaratannya dalam perjanjian mereka, mencoba untuk menipu Yakub. Akibatnya Yakub lari membawa istri, anak- anaknya, bserta ternak domaba yang didapatkan selama 14 tahun mengabdi di rumah Mertuanya Laban. Walapun Laban berhasil menyusul Yakub di pengunungan Gilead dalam pelarianya, tetapi tekad dan komitmen Yakub tidak bisa lagi dibujuk oleh mertuanya untuk meneruskan perjalanan menuju Kanaan.

Namun, dari sudut pandang Yakub, kita dapat memetik pelajaran tentang kesabaran dan ketabahan. Meskipun dihadapkan pada kesulitan yang tak terduga dan tidak adil, dia tidak menyerah. Dia terus bekerja keras dan akhirnya berhasil mengatasi segala tantangan yang diletakkan oleh mertuanya. Menyoroti pentingnya kejujuran dalam hubungan. Yakub yang jujur dan tekun akhirnya menerima imbalan yang telah dijanjikan oleh Laban, bahkan setelah segala manipulasi dan tipu daya yang dia alami. Ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap hubungan, kejujuran adalah fondasi yang penting untuk menjaga kepercayaan dan kedamaian.

Kisah Laban yang mengejar Yakub juga mengingatkan kita untuk tidak hanya melihat keluarga dan hubungan dengan pandangan bisnis semata. Keluarga adalah tempat di mana kita harus merawat kasih sayang, kejujuran, dan pengertian. Saling menghormati dan saling mendukung adalah kunci untuk menjaga harmoni dalam hubungan mertua dan menantu, serta dalam semua hubungan keluarga. Seharusnya tidak ada perlombaan atau persaingan yang merugikan satu sama lain. Sikap ini mencerminkan sifat egois dan tidak adil yang ada dalam beberapa hubungan mertua dan menantu saat ini. Sang mertua terkadang melihat menantunya sebagai pesaing, bukan sebagai anggota keluarga yang patut dihormati.

Dalam konteks ini, kita dapat merenungkan bagaimana kita bisa memperbaiki hubungan dengan mertua dan menantu kita, dengan cara yang lebih seimbang, adil, dan penuh kasih sayang. Kita juga dapat mengambil inspirasi dari ketabahan Yakub dalam menghadapi cobaan dan menjaga integritasnya di tengah kesulitan. Kesetiaan pada nilai-nilai positif dan moral adalah kunci untuk membangun hubungan yang harmonis dan bermakna dengan semua anggota keluarga.

Inspirasi: Mengutamakan kejujuran, dan kesetiaan pada nilai-nilai moral, memberikan inspirasi untuk memperbaiki hubungan dan mencapai harmoni keluarga.

(LPMI/Yunus Siang)

share

Recommended Posts