Mengasihi Secara Bijaksana

Mengasihi Secara Bijaksana

Bacaan : Markus 12:29-31

Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.  Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.  Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.

 

Baru-baru ini sedang viral sebuah kisah tentang seorang yang sakit cukup parah sehingga mengganggu pekerjaan. Kemudian ada seseorang yang terpanggil untuk membantu dengan cara menggalang dana. Dana yang terkumpul dimaksudkan untuk membantu proses pengobatan. Setelah beberapa waktu, terkumpullah dana yang cukup besar. Singkat cerita, terungkaplah bahwa dana yang terkumpul ini tidak digunakan untuk berobat melainkan untuk hal-hal lainnya. Ketika hal itu terungkap, banyak teman kerja yang kemudian memberi testimoni tentang sikap-sikap buruk yang dimiliki orang tersebut. Testimoni-testimoni ini yang beredar di media sosial sehingga memunculkan kesan bahwa orang yang membantu tidak cermat dalam memberikan bantuan.

Seringkali kita sebagai orang percaya terpanggil untuk memberikan perhatian bahkan bantuan untuk orang-orang di sekitar kita. Terlebih lagi bila kita mengingat ibadah di hari minggu 3 november, kita akan semakin yakin dan terpanggil untuk memberi perhatian dan bantuan. Sebab dalam ibadah tersebut kita diingatkan tentang kasih sebagai kurban persembahan. Namun dalam bacaan yang sama kita dapat cermati bahwa kita harus mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan. Menunjukkan kasih bukan berarti kita bisa memperhatikan dan membantu orang lain secara membabi buta dan tanpa pertimbangan. Justru Tuhan menganugrahkan kita akal budi agar kita dapat mengasihi dengan bijaksana. Sehingga ketika ada semacam background check sebelum memberi bantuan, kita tidak perlu melihatnya sebagai tindakan nir-empati. Melainkan sebaliknya, kita perlu melihat tindakan itu sebagai upaya kita mempertanggung jawabkan anugerah akal budi yang Tuhan berikan. Harapannya dengan demikian kita dapat mengasihi secara bijaksana.

Tuhan memberkati.

 

Pdt. Yokhanan Krisda

share

Recommended Posts