“Nyewu” dengan Fokus pada Tuhan
Bacaan Markus 13:32-37
Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab, kamu tidak tahu kapan saatnya tiba.”( Markus 13:33 TB2 )
Tahun ini, keluarga kami di Gombong, kebumen, Jawa Tengah, memutuskan untuk mengadakan pengitan “nyewu” sebagai bentuk penghormatan kepada orangtua yang telah meninggal. Tradisi nyewu ini adalah upacara yang umum dilakukan dalam adat Jawa, di mana keluarga mengenang dan memberi penghormatan kepada orangtua atau leluhur yang sudah tiada. Ini adalah waktu yang penuh makna bagi keluarga kami, tidak hanya untuk mengenang orang yang telah mendahului, tetapi juga untuk mempererat ikatan keluarga dan berbagi berkat.
Meskipun nyewu adalah tradisi adat, kami selalu berusaha untuk melakukannya dengan pengertian dan sikap yang sesuai dengan iman Kristen. Dalam iman Kristen, kita diajarkan untuk menghormati orangtua dan mengenang jasa mereka. Sebagaimana tertulis dalam Efesus 6:2-3, “Hormatilah ayahmu dan ibumu,” yang merupakan perintah pertama dengan janji. Ini adalah ajaran yang kami pegang teguh, karena menghormati orangtua adalah bagian dari ketaatan kepada Tuhan.
Namun, kami juga menyadari bahwa dalam pelaksanaan tradisi ini, penting untuk menjaga agar tidak terjebak pada praktik yang bertentangan dengan iman Kristen. Misalnya, praktik yang melibatkan pemujaan roh atau pengharapan untuk mendapatkan berkat melalui ritual tertentu, yang jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab. Kami percaya bahwa keselamatan hanya datang melalui Yesus Kristus, bukan melalui perantara atau ritual lainnya (I Timotius 2:5).
Bacaan Markus 13:33 mengingatkan kami untuk tetap berjaga, karena kami tidak tahu kapan Tuhan akan datang kembali. Sebagai keluarga Kristen, kami berusaha untuk selalu menjaga iman dan fokus kami pada Tuhan, bahkan ketika kami mengikuti tradisi budaya. Meskipun kami menghormati orangtua melalui tradisi nyewu, kami tidak boleh melupakan tujuan utama hidup kami, yaitu hidup dalam pengharapan kepada Kristus, menjaga hubungan dengan Tuhan, dan bersiap menyambut kedatangan-Nya.
Dalam setiap momen kebersamaan dan berbagi berkat ini, kami diingatkan bahwa hidup ini sementara, dan yang terpenting adalah hidup dengan kesetiaan kepada Tuhan. Kami menghormati orangtua kami, mengenang mereka dengan kasih, tetapi tetap mengutamakan Kristus sebagai pusat hidup kami.
“Di akhir tahun ini, mari kita berjaga dalam iman, menjaga hati, dan berbagi berkat, karena setiap momen adalah kesempatan untuk memperbaharui kesetiaan kita kepada Tuhan dan menyambut kedatangan-Nya.”
TIM WEB
Recommended Posts
Terang yang Menerangi Rumah Kita
Januari 03, 2025
Kata-Kata yang Membawa Berkat, Bukan Luka
Januari 02, 2025
Waktunya Berbenah
Januari 01, 2025