Menguatkan Di Saat Sulit

Menguatkan Di Saat Sulit

Bacaan : Roma 12:17-21; Roma 13:8-10

Janganlah kamu berutang apa-apa kepada siapapun, kecuali kasih kepada satu sama lain. Sebab siapa saja yang  mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. – Roma 13:8 ( TB2)

Kasih bukan hanya sebuah perasaan, tetapi sebuah tindakan nyata yang menuntut kita untuk bergerak melampaui kepentingan pribadi dan kenyamanan. Dalam surat Roma, Paulus menegaskan bahwa kasih yang sejati adalah memenuhi hukum Taurat. Artinya, ketika kita mengasihi sesama dengan tulus, kita sebenarnya sedang menaati kehendak Allah. Kasih yang dimaksudkan Paulus bukan sekadar ungkapan simpati, melainkan komitmen untuk membantu mereka yang membutuhkan, bahkan kepada orang yang mungkin tidak kita kenal secara pribadi. Kasih seperti ini adalah kurban yang kita persembahkan kepada Tuhan, sebuah pelayanan yang menyenangkan hati-Nya.

Dalam kehidupan bergereja, kita sering mendengar atau melihat sesama yang membutuhkan uluran tangan kita. Kita sering dipanggil untuk menunjukkan aksi spontan yang nyata. Contoh ada seorang mahasiswi (sebut Leoni ) yang harus berjuang sendirian. Meskipun ia mendapat beasiswa penuh untuk kuliah, Leoni tetap harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar tempat tinggal. Terlebih lagi, Leoni harus tinggal jauh dari keluarganya untuk menyelamatkan diri dari situasi kekerasan. Saat ini, ia mengalami penyakit serius, yaitu TB kelenjar getah bening serta fraktur tulang belakang, yang membuatnya tidak dapat bekerja seperti biasa. Kondisinya ini jelas memerlukan bantuan dan perhatian dari kita.

Sebagai jemaat yang hidup dalam kasih Kristus, kita diajak untuk turut ambil bagian dalam pergumulan Leoni. Dukungan yang diberikan kepada Leoni bukan sekadar bentuk simpati, melainkan aksi nyata yang mencerminkan kasih Kristus. Meskipun mungkin kita tidak mengenalnya secara langsung, kasih yang kita tunjukkan akan menjadi tangan Tuhan yang menolong Leoni dalam kesulitannya. Ini adalah momen di mana kita dipanggil untuk menghidupi visi Gereja, yaitu “memberi diri bagi sesama.” Ketika kita memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan, kita sebenarnya sedang mempersembahkan kurban kasih kita kepada Tuhan.

 

Refleksi:
Kasih sebagai kurban persembahan adalah panggilan bagi kita untuk berbuat lebih dari sekadar mendoakan, sudahkah kita menunjukkan kasih secara nyata kepada sesama, ataukah kita masih merasa cukup hanya dengan kata-kata ?

 

TIM WEB

share

Recommended Posts