Menjadi Bumper yang Tangguh
Bacaan: Ibrani 10:10-18
Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. (Ibrani 10:14 TB2)
Ketika kami melayat almarhum Pdt. Nugroho Adi di GKJ Joglo, suasana penuh keharuan. Banyak yang hadir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada beliau, seorang gembala yang telah menjadi teladan nyata dalam melayani dengan kerendahan hati. Dalam berbagai kesaksian, terungkap bagaimana beliau hidup sesuai dengan pesan yang selalu beliau sampaikan: “Ojo rumongso dadi, nanging dadio rumongso.” Pesan ini mengajarkan kerendahan hati, kesadaran diri, dan keberanian untuk melayani dengan hati yang tulus.
Pesan beliau selaras dengan panggilan hidup menjadi bumper—pelindung yang siap menerima tekanan. Sebagai umat yang telah dikuduskan melalui pengorbanan Kristus, kita dipanggil untuk menjadi kuat, bukan untuk terlihat hebat, tetapi untuk menjadi berkat bagi sesama.
Ibrani 10:14 menegaskan bahwa oleh satu pengorbanan, Kristus telah menyempurnakan kita. Pengorbanan ini bukan hanya menyelamatkan, tetapi juga menguduskan kita, memampukan kita untuk melayani dengan hati yang penuh kasih. Seperti Kristus menjadi penebus bagi dosa kita, kita juga dipanggil untuk menjadi “bumper” yang siap menerima tekanan demi melindungi dan menopang sesama.
Saat itu, salah seorang jemaat bercerita bagaimana Pdt. Nugroho menjadi penguat di tengah pergumulannya. Ketika ia mengalami masa sulit, almarhum datang dengan doa dan kata-kata yang penuh pengharapan: “Urip iki ojo mung nggolek panggonan, nanging nggolek panggilan.” Hidup bukan tentang mencari tempat atau penghormatan, tetapi tentang menjalani panggilan Tuhan dengan setia.
Pengorbanan Kristus yang sempurna menjadi landasan bagi kita untuk terus melayani, bahkan ketika menghadapi tantangan berat. Seperti bumper yang melindungi kendaraan dari benturan, kita dipanggil untuk menjadi pelindung bagi orang lain, siap menerima beban karena kasih dan kekuatan dari Tuhan yang memampukan kita.
Almarhum Pdt. Nugroho Adi telah memberikan teladan ini, bukan hanya melalui kata-kata tetapi juga melalui hidupnya. Dalam pelayanannya, beliau menunjukkan bagaimana menjadi kuat dalam Tuhan, melindungi dan melayani dengan kasih, serta menyentuh banyak hati.
Ketika kita merasa tak mampu lagi, ingatlah bahwa kekuatan kita berasal dari Tuhan yang telah menyempurnakan hidup kita melalui kasih karunia-Nya. Mari terus melanjutkan warisan iman dan kebijaksanaan ini dalam hidup kita sehari-hari.
“Kerendahan hati bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan untuk melindungi dan melayani dalam kasih Kristus.”
TIM WEB
Recommended Posts
Refleksi Hidup Bijak
Januari 08, 2025
Proses Transformasi dalam Kristus
Januari 07, 2025
Kasih Karunia Allah di Setiap Momen
Januari 06, 2025