Motivational Christmas

Motivational Christmas

Bacaan: MATIUS 2 : 1-12

“Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.” (Matius 2 : 8)

Raja mau menyembah Raja? Mungkinkah? Benarkah raja Herodes yang angkuh itu mau menyembah Yesus yang juga disebut Raja, yang lahir di Betlehem itu? Benar atau tidak, raja itu mengatakan demikian, seperti pesannya pada para majus dari Timur (magi from the East) itu. Tetapi Tuhan tahu isi hati manusia. Allah tahu persis motif (motivasi) seseorang, apakah itu baik atau jahat. Hal itu dibuktikan ketika Herodes ternyata berniat membunuh Yesus (2:13).

Tuhan yang mengenal niat buruk Herodes, langsung bertindak menuntun dan melindungi para majus, yang memang tulus datang mau meyembah Dia. Ketika mereka datang, “Allah memberi mereka suatu tanda khusus, sebuah bintang ajaib yang menyatakan kelahiran seorang Raja. Bintang itu menuntun mereka ke Yerusalem di mana firman Allah menerangkan kepada mereka bahwa Raja itu akan dilahirkan di Betlehem. Mereka pergi ke Betlehem dan dan menyembah bayi Kristus.” (Warren Wiersbe). Tuhan yang mengenal motivasi para majus yang tulus itu, memberkati mereka. Mereka sungguh bersukacita menikmati kesempatan istimewa itu, dan ketika mereka kembali melalui jalan lain, pasti mereka pergi dengan sukacita besar. Memang itu nyata, bahwa orang berniat tulus, punya motivasi yang murni untuk menyembah Tuhan, akan dipenuhi dengan sukacita sorgawi.

Sebenarnya apa motivasi orang ketika mau merayakan Natal? Ternyata Christmas tidak hanya dirayakan oleh kalangan Kristen. Di hotel-hotel, tempat keramaian, di beberapa negara yang berlatarbelakang komunis pun, terpajang pohon-pohon dan aksesoris Natal yang indah, menghiasi lobi-lobi para tamu. Orang berkata, ya itu mereka pandang sebagai holiday internasional juga, jadi turut meramaikan saja. Tetapi apakah orang Kristen sama dengan mereka? Bukankah setiap orang yang percaya kepada Kristus benar-benar merenungkan makna Natal sehingga benar- benar menyembah Dia? Atau hanya sekedar status quo (supaya dilihat Kristen)? Atau hanya untuk ingin dipuji? Tatkala orang menyanyikan lagu; “Muliakanlah Muliakanlah Tuhan Allah…” , siapa yang tahu, apakah itu benar-benar dari hati atau hanya di mulut saja. Tuhan yang mengenal hati, akan memberkati mereka yang datang kepada-Nya dengan tulus hati (Mat. 5:8). Apa motivasi kita?

Inspirasi: Jikalau motivasi dalam Christmas bukan untuk memuliakan Kristus, itu berarti sama dengan merayakan Christmas tetapi mengecilkan Christ. (BB)

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts