Nilai Suatu Kehadiran

Nilai Suatu Kehadiran

Bacaan : Lukas 4:38-41

“Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka.” Lukas 4:39

 

Saat kita lagi sakit payah dan lemah, dan dokter sedang bersama kita,
bagaimana rasanya? Mungkin kita langsung merasa kuat dan sehat secara mental, karena pribadi yang diandalkan ada dengan kita. Rasanya separuh rasa sakit sudah hilang lenyap. Mungkin begitulah rasanya mertua Petrus tatkala ia sadar ada Tuhan Yesus berdiri di sisinya, maka jiwanya menjadi segar dan wajahnya berbinar-binar.

Dikisahkan Lukas bahwa Yesus datang ke rumah Petrus setelah dari
rumah ibadat Yahudi. Apakah itu kebetulan? Tidak! Bagi Tuhan tidak ada yang kebetulan. Rencana Allah selalu sempurna adanya. Bahkan Ia sudah
tahu bahwa ibu mertua Petrus itu sedang sakit. Yesus tahu persis sakit yang
dideritanya, terlebih Dia pula sangat mengenal hati perempuan itu. Sebagai
ibu dari seorang murid Yesus yaitu Petrus, tentu saja dia seorang yang dekat
dengan Tuhan, dan kehadiran Sang Juruselamat itu sangatlah berarti
baginya. Di dalam interaksi itu ada sentuhan kasih secara langsung (high
touch) dari Tuhan. Tuhan tidak hanya menghardik demamnya tetapi juga
menjamah jiwanya. Tidak ditulis apa saja yang Yesus tanyakan, atau pun
kata-kata apa yang diucapkan ibu itu, tetapi yang jelas kehadiran itu sangat
menghibur hati. Masih ingatkah perempuan yang menjamah jubah Yesus itu?
Dia sangat diberkati, meskipun hanya menjamah jumbai jubah-Nya, karena
sesungguhnya Yesus sendiri pun menjamah jiwanya. Tentu saja iman
percayanya bukan pada ‘jumbai’ itu, tetapi pada Pribadi Yesus itu sendiri
(Mat.9:19-22).

Sebagai orang percaya, kehadiran kita juga seyogianya menjadi
kehadiran yang menyentuh hati banyak orang bukan? Seperti Petrus sendiri
akhirnya menjadi seorang penjala manusia yang membawa kehangatan, bagi
banyak jiwa yang hatinya sudah dingin membeku oleh dosa, dan juga
membawa kebangkitan bagi jiwa mereka yang lumpuh (Luk. 5:10; Kis. 3:6-9).
Seperti kata Paulus, setiap murid Tuhan ibarat parfum yang berbau harum, di
mana pun ia berada (2 Kor. 2:15). Sebagai pemimpin seharusnya kita
membawa kehangatan bagi mereka yang kita pimpin. Sebagai orang percaya
seharusnya kita memberi semangat bagi mereka yang putus asa. Sebagai
pembimbing rohani, kita diharapkan menuntun mereka yang mulai salah
jalan. Tetapi sekarang kenyataannya bagaimana? Terkait tuntutan ini, kita
terus diingatkan untuk memaksimalkan keberadaan kita yang signifikan, bagi
setiap orang di sekitar kita.

Inspirasi: Di mana orang yang mengasihi dunia itu hadir, di sana selalu
ada bencana. Sebaliknya, di mana pun orang yang mengasihi Tuhan itu
berada, di sana selalu ada berkat

 

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts