OBYEK PILIHAN DAN HARAPAN

OBYEK PILIHAN DAN HARAPAN

Roma 12: 1-8

…sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang ber-kenan kepada Allah dan yang sempurna. Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. (Rom. 12: 2b-3)

 

Umumnya kita memilih sesuatu pasti yang terbaik. Misalnya membeli buah di supermarket yang sudah terpilih pun kita masih berusaha memilih agar mendapat yang terbaik. Namun hidup ini tidak selalu berisi pilihan yang menyenangkan. Pilihan itu kadang harus diambil diantara yang agak baik, diantara yang buruk, atau bahkan diantara yang sangat buruk.

Dasar alkitabiah pilihan itu selain parameter kualitas juga dilandasi rasa syukur, ketulusan, dan kecerdikan. Kita harus memilih dengan iman, dengan harapan pada Tuhan yang berkuasa mengubahkan. Sistem pemerintahan misalnya, tak ada yang sempurna baik monarki, kapitalis, komunis, bahkan demokrasi, termasuk pemilu di dalamnya. Untuk bisa menjadi calon pejabat caranya belum tentu bersih dan mungkin hanya 1 diantara 70 calon atau bahkan 1 diantara 144 orang. Kita sulit untuk mengharapkan calon yang terbaik sebab penyaringannya pun sudah tidak baik.

Dalam kondisi memilih yang terbaik diantara yang kurang baik, tidak boleh asal-asalan namun fokus iman dan harapan kita hanya pada Allah yang penuh belas kasihan terhadap bangsa kita. Sebagai contoh, persoalan politik tidak mudah dipahami, kita memiliki keterbatasan wawasan maupun interes. Rasul Paulus mengatakan, “hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing” Kita harus memilih dan bersikap berdasarkan mata iman yang tertuju pada Tuhan, dengan ketulusan tanpa terseret pada kebencian, balas dendam, perselisihan dan caci maki apalagi fitnah.

Demikian juga pada saat memilih pasangan hidup ataupun menolong anak/ murid rohani kita. Memilih bukan karena kita merasa layak memilih, namun karena iman dan pengharapan kita pada Allah. Dalam prosesnya kita berdoa memohon hikmat-Nya, berakal sehat, dan mendengar pertimbangan orang lain. Mari memilih dalam kebenaran iman, ketulusan hati dan kecerdikan dalam kedaulatan-Nya.

Inspirasi: Hidup baru dalam Kristus itu berisi pilihan, memilihlah dengan hikmat-Nya, tetap rendah hati penuh iman dan pengharapan dalam kasih- Nya.

 

(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)

 

share

Recommended Posts