Orang Berhikmat Menjaga Hati

Orang Berhikmat Menjaga Hati

Bacaan: Yakobus 4:1-10

“Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu irihati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu; lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.” (Yakobus 4:2)

“Dalamnya lautan dapat diduga, tapi dalamnya hati siapa tahu?” adalah ungkapan klasik yang tak terlupakan tatkala bicara soal hati. “Samudera Pasifik yang memiliki kedalaman rata-rata 4.280 meter, dipercayai memiliki zona laut terdalam di muka bumi bernama Challenger Deep. Jika diukur dari permukaan laut, Challenger Deep berjarak sekitar 11.000 meter.” (Google.com). itu pekerjaan sains yang luar biasa. Namun, tidak pernah ada professor yang paling pandai sekalipun, berani membicarakan seberapa dalamnya hati manusia. Termasuk Sigmund Freud yang terkenal dengan Psiko Analisanya itu, tak kuasa membahasnya.

Apa saja isi hati manusia hanya Tuhan yang tahu persis (Yeremia 17:10; Mazmur 44:22; 1 Taw. 28:9). Dia tahu keinginan dan motif apa yang ada di hati manusia yang terdalam. Yakobus menyoroti keinginan hati manusia yang dimotori oleh hawa nafsu duniawi (1 Yoh.2:16). Untuk memenuhi keinginan itu segala macam cara akan dilakukan. Apalagi kalau dipicu oleh irihati, setelah tidak terpenuhi, berkembanglah konflik yang tak habis-habisnya. Maka sering orang berkata, “Orang itu, kalau keinginannya belum tercapai, ia cenderung memaksakan kehendak, meskipun menyakiti atau merugikan orang lain.” Andaikata orang semacam ini memiliki iman dan hikmat sorgawi, maka ia pasti selalu menempatkan keinginannya di bawah kendali Roh Kudus. Ia akan selalu memikirkan dan menjaga hatinya agar memancarkan kehidupan.” (Amsal 4:23). Seperti kata Pascal, bahwa hati yang adalah pusat pikiran dan kepribadian manusia, hanya dapat diisi oleh Allah sang Pencipta hati itu sendiri, itu terbukti. Saulus, yang hatinya ganas dan kejam itu bisa berubah total, menjadi hati yang sangat mengasihi Tuhan Yesus Kristus (1 Timotius 1:13). Banyak orang tadinya sangat benci terhadap Injil, berubah drastis menjadi benar-benar cinta Tuhan, sampai rela dianiaya sekalipun.

Kita tidak dapat mengenal hati orang, namun dari buahnya kita dapat menilai bahwa orang itu sudah mengalami pembaharuan hidup. Lalu bagaimana dengan kita sendiri? Apakah kita selalu senang dan ingin memuliakan Dia? Ada sebuah lagu yang membuat hati kita bersukacita, yang berkata: “Ku s’nang lakukan kehendak-Mu Tuhan, ku s’nang melakukannya. Jalan serta-Mu tak penatkan diriku, s’bab ku s’nang melakukannya.” Marilah kita berkata kepada Yesus, “Tuhan kuingin dapat memancarkan, kasih-Mu yang penuh kemurnian. Budi bahasaku , dihaluskan Roh-Mu, hingga memancarkan keindahan-Mu.” Itukah juga yang terpancar dari hati kita?

Inspirasi: Kalau hati adalah pusat segala pikiran dan perilaku, yang kemudian bernaung di bawah kendali Kristus, maka tak ada lagi yang lebih indah daripada itu.

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts