Pemimpin yang Saleh
Bacaan: Kisah Para Rasul 10:2
“Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah.”
Winston Churchill (1874-1965) adalah seorang negarawan, perwira dan pengarang Inggris. Ia sempat menjadi Perdana Menteri. Ia pernah dianugerahi gelar bangsawan dan juga Hadiah Nobel dalam kersusastraan. Pada permulaan memangku jabatannya, ia menyatakan kepada rakyat bahwa ia hanya dapat memberikan: “darah, pekerjaan berat, air mata, dan keringat.” Rupanya setiap perwira sejati pasti ada jiwa berkorban bukan? Kali ini kita berjumpa dengan seorang perwira Romawi, Kornelius, yang dicatat sebagai seorang yang saleh, bahkan seisi rumahnya takut akan Allah. Bukan hanya itu, ia dikenal murah hati dan suka memberi sedekah kepada kepada umat Yahudi. . Satu hal yang luar biasa, ia suka berdoa. Umumnya para perwira, sebagai orang yang berpangkat, sulit memiliki karakter seperti Kornelius, perwira resimen Italia, yang rohani, rendah hati dan murah hati itu. Kehidupan rohaninya yang baik ditandai dengan sikap tidak angkuh dan egois. Buktinya, ketika ia menyambut Petrus, ia sampai tersungkur menyembah Petrus (Kisah 10:26). Ia seorang bukan Yahudi dipertemukan Tuhan dengan orang Yahudi. Di sini juga Petrus mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang (ay. 34). Yang kita kagum adalah hatinya yang mau menyembah Tuhan. Ia tidak mewarisi karakter buruk beberapa kaisar Romawi, seperti Nero yang angkuh dan kejam itu. Jelaslah bahwa Kornelius menggambarkan seorang pemimpin yang patut diteladani.
Sekarang bangsa kita sedang berada dalam berbagai masalah yang cukup rumit (complicated). Oknum para pemimpin bangsa mencemari fungsi dan jabatan mulia yang dipangkunya. Seharusnya mereka melakukan sesuatu yang maksimal bagi Negara, tetapi yang terjadi sebaliknya. Belum berbuat apa-apa sudah berurusan dengan hukum. Haruskah ini terjadi pada orang yang takut akan Allah? Adakah orang diadili karena saleh, murah hati dan rendah hati? Mungkin ada karena factor subjektif, tetapi secara logika sebenarnya tidak ada.
Sehingga banyak yang mengatakan bahwa persoalan kita adalah terletak pada manusia (SDM-nya) dan bukan pada sumber daya alam (SDA) nya. Kegagalan banyak pembangunan fisik disebabkan oleh kegagalan pembangunan mental spiritual. Melihat kenyataan ini, siapa yang kita mau salahkan? Sekarang kita tidak usah melihat ke belakang tetapi mari melihat ke depan. Sebagai orang percaya, kita terus berdoa agar semakin banyak pemimpin bangsa yang saleh, bekerja keras dan mengabdi, mengasihi bangsa ini, terlebih mengasihi Tuhan.
Inspirasi: Tuhan mempercayakan fungsi, tugas ataupun jabatan kepada anak- anak-Nya, di manapun mereka berada, untuk berbuat maksimal bagi kemuliaan- Nya.
(LPMI/Boy Borang)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024