Penghambat Mujizat

Penghambat Mujizat

Bacaan : Markus 6:1-6

Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana (Mar 6:5a)

Nazareth adalah kota tempat Yesus tinggal bersama keluargaNya. Ia
dibesarkan dengan normal disana sampai waktuNya Ia keluar dari keluargaNya
untuk mengerjakan misi penyelamatan umat manusia. Di ayat 3 menjelaskan
bahwa saat itu Ia bekerja sebagai tukang kayu seperti Yusuf ayahNya. Ia juga
memiliki saudara yaitu Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon. Ia kembali ke
kampungNya dan mengajar disitu, namun ditolak oleh karena mereka melihat
asal usul dan keluargaNya tersebut. Penolakan mereka ini ternyata menghambat
mujizat besar untuk terjadi disana. David Guzik menjelaskan bahwa Allah
memiliki prinsip dalam bekerja bersama manusia. Ia mau bekerja melalui orang
yang belum percaya, namun tidak untuk orang yang tidak percaya.

Kuasa Allah bekerja melalui kehidupan orang-orang yang beriman
kepadaNya. Orang-orang yang ragu akan kuasa Tuhan menutup pintu bagi dirinya
sendiri untuk mengalami kuasa ilahi. Penolakan untuk percaya bukan saja
menutup pintu mujizat, melainkan juga akan dihukum (Yohanes 3:18, Wahyu
2:18). Yesus memang 100% manusia namun Ia juga 100% Allah. Sehingga Ia adalah
Manusia Allah yang berkuasa. Jika mata rohani hanya memandang
kemanusiaanNya saja maka akan mendatangkan keraguan seperti yang terjadi
pada para “skeptis” yang menolak mujizat karena bertentangan dengan logika
kemanusiaan. Begitu juga jika hanya memandang kepada ke-Ilahian-Nya saja
maka akan membawa penolakan seperti yang terjadi pada para “ahli taurat”
yang melihat ketidakmungkinan manusia Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan
Allah.

Iman dibangun di atas 2 pondasi yang seimbang yaitu pengakuan dan
kepercayaan terhadap kemanusiaan dan keilhian Yesus. Iman yang seperti
demikian akan menghancurkan semua penghambat yang menutup saluran kuasa
Yesus bekerja di dalamnya. Allah tentu saja akan memilih orang-orang yang
mempercayaiNya lebih dari segalanya untuk dipakai menyalurkan kemuliaanNya.

Inspirasi: Tuhan Yesus tidak melakukan mujizat untuk membuat orang
orang percaya kepadaNya. Ia menyatakan mujizat karena orang-orang percaya
kepadaNya. Mujizat tidak dibuat untuk menunjukan kekuatan dan kemampuan
atau mencari kemuliaan bagi diriNya. Mujizat dinyatakan untuk menjawab
persoalan yang tidak bisa dikerjakan dalam keterbatasan manusia sehingga kuasa
Allah Bapa di Sorga dapat dinyatakan dalam kemuliaanNya. 

 

(LPMI/Zandy Keliduan)

share

Recommended Posts