Rasa dan Logika
Firman Tuhan : 1 Samuel 25: 3, 14–38
“terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan.” (1Sam 25:33 TB)
Perempuan cenderung menggunakan perasaan daripada logika. Mengutip Huffington Post, sebelum 1990 para ahli meyakini semua otak sama. Setelah adanya MRI para ahli neurobiologi akhirnya menemukan lebih dari 100 perbedaan biologis antara otak pria dan perempuan. Selanjutnya The Open Anatomy Journal th 2010 makin memerinci bahwa laki-laki cenderung menggunakan satu area kecil di sisi kiri otak, sementara mayoritas perempuan cenderung menggunakan area di kedua sisi otak. Kebenaran ini sudah terlihat ribuan tahun lalu dalam hidup Abigail.
Bacaan kita hari ini mengisahkan seorang ibu rumah tangga yang bertindak bijaksana/ proporsional mempergunakan rasa dan logika secara seimbang. Mengherankan ada perempuan yang bijak dan cantik bersuamikan seorang lelaki yang kasar dan jahat kelakuannya (ay 3).
Ketika mendengar pengaduan seorang bujang perihal kelakuan suaminya yang merendahkan utusan Daud di pesta pengguntingan bulu domba, ia tidak marah, membantah, dan membela suaminya. Ia mendengar dan mempercayai bujangnya (ay 14-17). Alkitab menyebutkan setelah mendengarkan bujangnya, ia segera mengambil tindakan penyelamatan (ay 18-31) dengan:
- Memberi logistik secara proporsional pada tim Daud.
- Melokalisir masalah dengan penyelesaian tanpa melibatkan Nabal
suaminya.
- Mengantarkan sendiri hantaran sebagai wujud penghargaan dan rasa terimakasihnya pada Daud.
- Merendahkan diri untuk mencegah kejahatan pada Daud yang dapat menjadi handicap buruk (jika dia menjadi raja nantinya).
Daud yang tadinya penuh amarah menjadi sadar dan mengurungkan niatnya membalas kelakuan Nabal (ay 32-35).
Mari kita belajar mengolah rasa dengan akal sehat berdasarkan kebenaran-Nya sehingga hidup kita bersukacita, terhindar dari amarah orang lain yang tidak sepantasnya. Hidup yang singkat ini sangat berharga, harus diisi dengan kebijakan, kerendahan hati, dan hikmat dalam kasih-Nya. “Gusti Mboten sare” (Tuhan tidak tidur).
Inspirasi : Ketika rasa dan logika berjalan seimbang, maka hidup lebih tenteram, bahagia, dan menjadi berkat.
(LPMI/Rini Djatikoesoemo)
Recommended Posts
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024
Berdiri Teguh di Tengah Tantangan
November 20, 2024