Refleksi Hidup Bijak
Bacaan : Efesus 5:15-20
Karena itulah perhatikan dengan saksama, bagaimana kamu hidup, jangan seperti orang bebal, tetapi seperti orang bijak. ( Efesus 5:15 TB 2 )
Kehidupan manusia sering kali dipenuhi dengan kontradiksi yang tak terelakkan. Kita berusaha mengukir kebaikan, berharap setiap tindakan baik kita tercatat dalam memori orang lain. Namun, anehnya, kebaikan tersebut sering terlupakan, seolah-olah ia hanyalah bayangan yang hilang begitu saja. Sebaliknya, kesalahan, kezaliman, atau ketidakadilan—yang bahkan sekecil apapun—akan selalu memiliki jejak yang tak mudah hilang. Seakan, dunia ini hanya mampu mengingat apa yang keliru dan mengabaikan apa yang baik.
Di tengah kenyataan ini, Efesus 5:15 mengingatkan kita tentang pentingnya hidup dengan bijaksana. Kehidupan yang bijaksana adalah perjalanan yang bukan hanya mempertimbangkan perbuatan baik kita, tetapi juga bagaimana kita menjaga hati agar tidak terperosok dalam kelalaian yang dapat melukai atau merusak. Bijaksana berarti memilih untuk tidak terjebak dalam keinginan akan pengakuan atau penghargaan atas kebaikan yang kita lakukan, namun lebih fokus pada kualitas diri yang lebih dalam—integritas, kesadaran, dan tanggung jawab terhadap setiap kata dan tindakan.
Manusia sering kali melupakan bahwa dalam setiap interaksi, meskipun tampak sepele, ada sebuah tanda yang tertinggal dalam ingatan. Tanda itu bisa berupa kebaikan yang kita berikan, tetapi lebih sering berupa luka yang kita timbulkan. Dan ironisnya, luka itu akan lebih lama bertahan dibandingkan dengan kebaikan yang kita semai. Inilah paradox dalam hidup manusia: kebaikan sering terhapus oleh waktu, sementara kesalahan bertahan dalam ingatan lebih lama dari yang kita kira.
Hidup dengan bijaksana, seperti yang diajarkan dalam Efesus 5:15, adalah sebuah panggilan untuk memerhatikan tidak hanya apa yang kita lakukan, tetapi juga bagaimana kita meresapi setiap langkah yang kita ambil. Bijaksana bukan hanya tentang menghindari kesalahan, tetapi juga tentang memilih untuk hidup dengan kedalaman yang tidak tergoyahkan oleh sikap dunia yang sering kali melupakan kebaikan dan mengingatkan kita akan setiap kesalahan.
“Kebaikan yang terabaikan mungkin terlupakan oleh dunia, namun kezaliman yang tertinggal akan terus mengingatkan kita tentang fragilitas hati manusia.”
TIM WEB
Recommended Posts
Proses Transformasi dalam Kristus
Januari 07, 2025
Kasih Karunia Allah di Setiap Momen
Januari 06, 2025
Prokrastinasi
Januari 04, 2025