Saat Hidup Membutuhkan Servis
Kata Yesus : “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang zaman ini dan dengan apakah mereka dapat disamakan ? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.” (Lukas 7:31-32 TB2 )
Pagi ini, di bengkel motor langganan, aku merenung saat menunggu motor diservis. Kejadian ini berawal dari anakku yang kuliah menggunakan motor mengalami mogok di tengah perjalanan menuju kampus karena ia lupa melakukan perawatan rutin. Aku mengingatkan bahwa memastikan kendaraan tetap prima dengan ganti oli, cek bagian-bagian yang sudah aus, dan perawatan lainnya adalah kebiasaan penting yang tidak boleh diabaikan.
Dalam Lukas 7:31-35, Yesus mengingatkan bagaimana generasi saat itu sulit untuk mendengar dan menanggapi dengan bijak. Mereka seperti anak-anak di pasar yang tidak mau menari saat musik dimainkan atau menangis saat ratapan terdengar. Mereka kehilangan kemampuan untuk merespons dengan benar terhadap suara-suara peringatan dan arahan yang diberikan.
Yesus memakai perumpamaan ini untuk menggambarkan sikap keras kepala dan ketidakpekaan terhadap pesan-Nya. Mereka yang menolak Yohanes Pembaptis dianggap terlalu keras, sementara mereka yang menolak Yesus dianggap terlalu lunak. Intinya, apa pun pesan yang disampaikan, mereka tetap tidak puas dan tidak mau merespons dengan benar.
Motor dapat mogok akibat kelalaian, demikian pula kehidupan kita juga bisa “mogok” jika kita menutup telinga terhadap hikmat Tuhan atau menunda-nunda bertindak sesuai kehendak-Nya. Tuhan sering memberi tanda, peringatan, atau panggilan lewat Firman, pengalaman, atau orang lain. Pertanyaannya, apakah kita mau mendengar dan bertindak?
Masa Advent minggu ketiga mengingatkan kita tentang sukacita dalam pertobatan. Sukacita ini lahir saat kita dengan hati terbuka mendengar panggilan Tuhan untuk bertobat dan hidup sesuai kehendak-Nya. Sama seperti perbaikan motor membutuhkan tindakan segera agar kembali prima, demikian pula pertobatan memulihkan hidup kita agar berjalan di jalan yang benar. Pertobatan tidak perlu disertai beban berat, tetapi dengan kesadaran bahwa Tuhan penuh kasih ingin membimbing dan memperbaiki kita.
Mari kita belajar untuk mendengar, bertindak, dan terus berjalan bersama-Nya. Jangan menunda perbaikan, jangan tunggu hidup “mogok.” Biarkan sukacita pertobatan mengalir saat kita menyambut kasih karunia-Nya dengan hati yang bersyukur. Tuhan sebagai “mekanik” kehidupan selalu siap memulihkan yang rusak dan menguatkan yang lemah.
“Pertobatan adalah jalan menuju sukacita sejati, karena di dalam-Nya ada pemulihan dan harapan baru.”
Recommended Posts
Refleksi Hidup Bijak
Januari 08, 2025
Proses Transformasi dalam Kristus
Januari 07, 2025
Kasih Karunia Allah di Setiap Momen
Januari 06, 2025