REFORMASI & PENGORBANANKU

REFORMASI & PENGORBANANKU

Firman Tuhan                  : Filipi 2:12-18

“Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku ber- sukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.” (Fil. 2:17).

 

“Love is not a feeling of happiness. Love is a willingness to sacrifice.” Kalau cin- ta kasih sudah berada di hati seseorang, maka benarlah apa yang dikatakan bahwa, kasih itu adalah keinginan untuk berkorban. Apakah di dalam peristiwa reformasi gereja abad 16 itu, ada kasih? Pasti! Kalau bukan karena kasih pada gereja Tuhan, mungkin para reformator tidak mau melakukan sesuatu, apalagi kalau harus berkorban. Perspektif ini sangat nyata di dalam Yohanes 3:16, bukan? Kasih Allah yang begitu besar menjadi visible di dalam pribadi Yesus yang datang ke dalam dunia, untuk mengangkut dosa dunia, dan bagi yang percaya beroleh hidup kekal. Dapat dikatakan, Kekristenan identik dengan pengorbanan. Dari pernyataan Paulus bahwa meskipun darahnya rela dicurahkan, asalkan demi kemajuan rohani jemaat Filipi, maka ia bersukacita. Dalam surat Filipi ini, kata “sukacita – khara” disebut berkali-kali (Fil 4:4-7; 1:18; 2:2).

Berapa kali Paulus masuk penjara, mungkin dua kali di Roma (60-62M), selain itu juga dia pernah dipenjarakan di Kaisarea dan Filipi. Jadi minimal ada empat kali dia ditahan dalam penjara. Yang unik dan menantang ketika ia dan Silas berada di penjara Filipi (Kis. 16). Sebelum dilemparkan ke ruang penjara yang paling tengah, dengan tangan yang terbelenggu dan kaki terpasung, mereka dilucuti dan didera, yang tentu saja sangat menyakitkan. Kalau dia masih Paulus lama, sudah pasti dia berontak, dan memang tak pernah dipenjara karena dia seorang pemimpin agama Yahudi. Sebagai hamba Kristus, bukannya mereka memprotes, mengerutu, menge- luh, malah di tengah malam mereka bernyanyi dan memuji Tuhan. Hati dan mulut mereka tak bisa dibelenggu, sebagaimana firman Tuhan tidak bisa dibelenggu (2 Tim.2:9). Jadi ketika mereka bernyanyi, suara itu menembusi dinding-dinding jeruji besi atau pun tembok penjara, sehingga para napi lain pun mendengarkannya. Da- lam segala cara, Injil dapat menyentuh hati, dan tak bisa dibendung. Di sini nyata bahwa dunia memang bingung, mengapa orang Kristen, justru makin ditekan, malah makin leluasa menyuarakan Injil. Tentu saja, mereka tidak mengerti bahwa Roh Ku- duslah yang bekerja, tetapi Dia bekerja di dalam dan melalui orang-orang yang rela berkorban dan berserah penuh pada-Nya. Dalam melayani Tuhan dan mengabarkan Injil-Nya, sudah pasti ada air mata, ada jerih lelah, ada kesakitan dan kelemahan, tetapi seperti kata Paulus, jika itu bagi kemuliaan Kristus, maka tak ada yang sia-sia (1 Kor.15:58).

Sejak hati kita mengalami pembaharuan, kita pun mulai belajar berkorban,

bukan? Karena kasih yang menggerakkan hati kita (2 Kor. 5:14), maka kita pun menjadi senang dan rela untuk berkorban; mulai dari pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, sampai pada materi atau pun hidup kita sendiri. Benarkah begitu?

Inspirasi: Reformasi lahiriah, hanya akan membuat seseorang menjadi ‘tampaknya’ mau berkorban tapi dengan motivasi yang tidak murni. Reformasi dari dalam, menggerakkan seseorang untuk berkorban karena kasih, dan tanpa hitung- hitungan.

share

Recommended Posts