Semangat untuk Berkorban

Semangat untuk Berkorban

Bacaan : Ester 4:1-17

“Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.” (Esther 4:16)

Pada suatu hari, ketika masih kecil, saya pernah mendengar seorang politisi berkata: “Jika anda mau tembak saya, silahkan tembak! Saya rela mati untuk negara.” Cinta pada bangsanya yang begitu dalam, membuatnya begitu berani mengorbankan yang termahal, yaitu nyawa sekalipun.

Mengenai Ester yang dikenal dengan kata-katanya, “Kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati!” (If I perished, I perished) itu, tentu saja menyentak kalangan istana bahkan raja Ahasyweros sendiri. Keberanian iman Ester untuk membela bangsa Yahudi di negeri asing itu, telah membakar semangat patriotisme banyak orang. Kualitas iman Ester yang percaya akan pemeliharaan Allah, membuatnya yakin bahwa apa yang ia rindukan akan didengar oleh Tuhan, bila itu adalah kehendak-Nya. Kalau dipikir, dia adalah seorang ratu, tetapi siap melakukan yang paling berat sekalipun. Sebab biasanya, orang yang berada di tahta kekuasaan, jarang untuk memikirkan kesejahteraan orang lain, karena baginya jabatan adalah tujuan. Tetapi Ester sadar bahwa posisinya di kerajaan itu adalah rencana Tuhan, sehingga ia harus punya visi bagi keselamatan bangsanya. Ajakannya pada para dayangnya, bahkan segenap bangsa Yahudi untuk berpuasa total (tidak makan dan tidak minum) selama tiga hari, itu sangat tidak mudah. Pertanyaan kita, bagaimana ia dapat memengaruhi bangsanya untuk rela berkorban seperti itu? Tetapi itulah yang terjadi, permintaannya itu didukung secara penuh oleh bangsanya. Dan benar, tatkala saatnya ia harus menghadap raja, sudah pasti masih ada rasa gentar dalam hatinya, namun ia tetap maju dengan iman. Dalam kitab Ester pasal 5:1-8, terkesan adanya suasana percakapan yang nenegangkan, tetapi juga menghiburkan, karena sambutan raja yang hangat dan itu tidak biasa. Di sini nyata, bahwa terobosan imaniah dapat menghentak dan mengubah keadaan. Sekali lagi, biar semua orang mengerti, di balik orang benar, ada Allah yang berdaulat atas segala sesuatu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Markus 10:27; Lukas 1:37). Orang benar yang berani berkorban sudah pasti tidak meragukan kuasa Tuhan.

Seperti apa dan sejauh mana terobosan imaniah kita di hari-hari ini? Kita belajar bahwa visi dan menjadi kenyataan apabila di sana ada kesiapan untuk menerima resiko. JIka Tuhan Yesus sendiri telah begitu rela mati di atas salib, bagaimana dengan kita?

Inspirasi: Semakin tinggi seseorang mengasihi Tuhan dan sesamanya, semakin nyata pula kesediaannya untuk mengenyampingkan kepentingannya sendiri.

(LPMI/ Boy Borang)

share

Recommended Posts