IBADAH YANG SEJATI
Bacaan: Roma 2:13
Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Taurat-lah yang akan dibenarkan
Manusia kalau mendengar kata “hukum” sudah alergi dulu. Hukum atau peraturan itu dibuat untuk dilanggar, katanya. Tidak usah hukum yang tinggi-tinggi, hukum lalu lintas saja kalau bisa dilanggar, dilanggar. Jika tidak ada polisi, lampu merah diterobos. Jika tidak ada polisi, jalan searah dimasuki saja dari arah berlawanan. Walau tidak punya SIM, tetap saja berkendaraan di jalan, toh polisi tidak tahu, kecuali pas ketemu ada operasi, ya cepat-cepat putar balik supaya tidak kena pemeriksaan.
Apalagi berurusan dengan Hukum Allah. Kita sering mendengar tentang hukum Allah, rajin beribadah dan berdoa. Tetapi kita pun sering melanggar hukum-Nya. Kadang kita berpikir, tidak masalah kita melanggar hukum Allah, toh ini bukan pelanggaran besar. Nanti kan hari Minggu ke gereja, bisa meminta pengampunan.
Mungkin sebagian dari kita menganggap ibadah hanyalah sebagai kebiasaan turun-temurun dari keluarga, sebuah rutinitas semenjak kecil, hanyalah sekadar datang, duduk, dengar kemudian pulang. Mungkin kita tidak datang dengan hati yang rindu untuk memuji Tuhan, mendengar ajaran-Nya, membangun persekutuan dengan saudara-saudari rohani kita. Akibatnya, sepulang ibadah, beberapa orang langsung kembali ke tabiat asal. Sehingga ibadah yang kita jalani akhirnya menjadi sebuah rutinitas belaka, namun bukan kerinduan untuk dekat dengan Tuhan.
Dalam bacaan kita hari ini, kita diingatkan bahwa bukan orang yang mendengarkan hukum Taurat (ayat-ayat dalam Alkitab) yang benar di hadapan Tuhan, tetapi orang yang melakukan kehendakNya-lah yang dibenarkan, dan itu adalah ibadah yang sesungguhnya. Jadi, ibadah kita yang sesungguhnya tidak hanya berhenti di ibadah pada hari minggu saja dan hanya rutinitas semata, tetapi kita semestinya melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Ibadah bukan hanya tentang pergi ke gereja setiap hari minggu, mengikuti pelayanan atau aktif dalam berbagai organisasi keagamaan. Ibadah yang sejati adalah ketika kita menjaga tubuh dan hidup kita tetap kudus sehingga berkenan kepada Allah.
Sudahkah hidup kita mencerminkan ibadah yang sejati dan yang berkenan kepada Allah? Apakah ibadah kita selama ini menjadikan pribadi yang sudah segambar dan serupa dengan Allah ? Apakah kita sudah menjadi pribadi yang penuh kasih, hati yang pengampun dan peduli kepada sesama?
Mari jadikan ibadah kita menjadi ibadah yang sejati dan berkenan kepada Tuhan.
(DW)
Photo: Istimewa
Recent Sermons
Dalam Yesus Kita Bersaudara
November 08, 2021
“Ssst…. Hati-Hati Ucapanmu adalah Doa”
November 06, 2021
Re-wind Pita Kaset
November 05, 2021