Jangan Salah Jalan

Jangan Salah Jalan

Bacaan: Amsal 19:1-8

19:1 Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya dari pada seorang yang serong bibirnya lagi bebal. w  19:2 Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah. x  19:3 Kebodohan y  menyesatkan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN. z  19:4 Kekayaan menambah banyak sahabat 1 , tetapi orang miskin ditinggalkan a  sahabatnya. 19:5 Saksi dusta b  tidak akan luput dari hukuman, c  orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar. d  19:6 Banyak orang yang mengambil hati orang dermawan, e  setiap orang bersahabat dengan si pemberi. f  19:7 Orang miskin dibenci oleh semua saudaranya, apalagi sahabat-sahabatnya, mereka menjauhi dia. g  Ia mengejar mereka, memanggil mereka tetapi mereka tidak ada lagi. h  19:8 Siapa memperoleh akal budi, mengasihi dirinya; siapa berpegang pada pengertian, mendapat kebahagiaan. i

Pada suatu hari saya berkunjung ke sebuah gereja di pedalaman, yang jarak tempuhnya sekitar dua jam dari kota Medan jalannya cukup menantang, selain rusak berlobang, separuhnya menanjak cukup terjal dan sempit. Beruntung ketika itu, sang pemilik mobil yang mengantar kami menggunakan google map, sehingga kami cukup tenang dan yakin pasti tiba di tempat yang tepat. Di saat masih terasa asing jangan salah jalan, kami dituntun oleh alat penunjuk jalan yang canggih tersebut.

Dalam versi ESV, Amsal ini berbunyi: “When a man’s folly brings his way to ruin, his heart rages against the Lord.” Jika orang bodoh mengikuti jalan yang meruntuhkannya, hatinya berbalik menjadi gusar kepada Tuhan.” Hati manusia berdosa yang cenderung memilih jalan sendiri memang begitu. Pengamsal menyebutnya sebagi indikator kebodohan. Ini tidak bicara kebodohan intelektual tetapi kebutaan terhadap kebenaran. Di sini digunakan oleh pengamsal kata “folly” – lack of sense (kurangnya kesadaran). Karena kebodohannya, ia berbalik mempersalahkan Tuhan. Barangkali inilah sikap umat Israel ketika di padang gurun. Mereka yang tidak mau taat, terus mengeluh dan menggerutu sepanjang jalan. Mereka mencela Musa hamba Tuhan itu, yang dianggapnya menyiksa mereka di tengah jalan. Kritik pedas diarahkan seraya bertanya kesal, mengapa harus keluar dari Mesir yang makmur sejahtera, di bawa ke padang gurun yang mematikan itu? (Keluaran 16:3). Akibatnya mereka digambarkan seperti domba yang tersesat karena memilih jalan sendiri. Anehnya manusia yang salah, tetapi kesalahan ditimpakan pada Yesus sendiri (Yesaya 53:6). Di dalam suratnya, Paulus juga menyebutkan bagaimana manusia dengan hikmat kebodohannya mencoba menyangkali hikmat Allah, sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran (1 Korintus 1:20-21; 2 Korintus 4:4). Cobalah kita amati di sekitar kita, apakah ada orang seperti itu? Tanggung jawab kita adalah menolong mereka agar kembali ke jalan yang benar. Kita yang sudah tahu jalan tentu terbeban untuk menunjukkan mereka jalan kehidupan yang benar di dalam Kristus. Haleluya!

Inspirasi: Orang yang mencari jalan keluar yang salah, bukan mendapatkan jalan keluar tetapi malah keluar jalan.

 

(LPMI/BB)

Photo: Istimewa

Share

Recent Sermons