Si Kusta yang Gentleman

Si Kusta yang Gentleman

Bacaan: 2 Raja-raja 7: 1-20

“Jadi sekarang, marilah kita menyeberang ke perkemahan tentara Aram. Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati.”” (2Raj 7:4b TB)

Ketika harus memilih antara semangat atau putus asa dengan kelemahan fisik, pilihannya hanya 2. Pertama: maju terus melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk membangun semangat dan bekerja sesuai kemampuan. Kedua: diam saja merenungi nasib menunggu kematian. Hidup itu penuh warna, ada kejutan yang tiba-tiba muncul tanpa permisi. Kejutan berupa penyakit, tagihan atau rekening menumpuk, biaya studi anak-anak naik tajam, dan lain-lain. Pilihan ada pada kita sendiri, mau berjuang melanjutkan kehidupan atau menyerah, tak bergerak menunggu ajal.

Kita akan belajar, tentang kehebatan Allah yang sanggup mengadakan mujizat dalam berbagai situasi. Kota Samaria sudah terkepung tentara Aram (metoda perang jaman itu adalah mengisolasi kota) dan rakyat kelaparan, menjadi kanibal serta frustasi (6: 28-29 dan 7:2). Saat itu ada 4 penderita kusta diluar tembok kota yang juga kelaparan. Dalam situasi yang sulit, mereka mengkalkulasi pelbagai kemungkinan yang ada dan mengambil keputusan besar. Mau mati atau hidup, mereka sudah siap. Mereka berani mengambil resiko untuk mendatangi perkemahan tentara Aram (ay 3-4). Ternyata Tuhan mengerjakan hal yang luar biasa, Ia memberikan jawaban doa diluar nalar (ay 5-6). Pasukan yang mengepung telah lenyap meninggalkan segala barang dan harta mereka (ay 7). Ketika keempat penderita kusta ini panen makanan dan harta, mereka ingat seisi kota yang menderita, lalu memberitahukan dan berbagi sukacita serta kelimpahan (ay 8 -9). Akhirnya penderita kusta yang dianggap penuh dosa, hina dan tidak berguna justru dipakai Tuhan menyelamatkan kota (ay 10-17). Sementara itu ajudan raja yang tadinya mencemooh nabi Tuhan, mati mengenaskan terinjak-injak rakyat yang berebut keluar kota mencari makanan (ay 18-20).

Sebenarnya kitapun makhluk yang tidak layak untuk menghadap hadirat -Nya. Hanya karena kemurahan-Nya saja kita diperkenankan hidup dalam anugerah keselamatan dan pemeliharaan-Nya. Apapun profesi kita, mari kita belajar menghargai semua orang tanpa memandang derajat, pangkat, harta, pendidikan kecakapan dll. Belajar dari keempat penderita kusta yang proaktif dan gentleman. Mari selalu mempercayai Tuhan dalam setiap kesulitan bahkan kemustahilan yang kita hadapi. Kuasa dan hikmat-Nya senantiasa melingkupi kita.

Inspirasi: Tuhan berhak memakai siapa pun yang secara manusia tidak berguna dan hina. Ia berdaulat sempurna.

share

Recommended Posts