Siapa Menyenangkan Siapa
Bacaan: GALATIA 1: 1- 10
Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. (Galatia 1:10)
Seringkali kita mendengar ungkapan bahwa kepemimpinan itu tidak bisa memuaskan semua orang. Dalam konteks terbatas hal ini bisa dipahami sebagai dinamika komunikasi organisasi. Namun dalam hal yang esensial adalah bahwa kepemimpinan, dan diatasnya lagi adalah kebenaran tidak memiliki relasi signifikan dengan masalah selera, rasa senang, bahkan respek sekalipun. Bahkan bukan pemimpin pun tidak memiliki tugas menyenangkan manusia ketika memberitakan kebenaran Kristus.
Konteks ayat ini adalah adanya dua Injil yang berbeda pada Injil palsu dan Injil yang asli dari Paulus. Maka konteks ayat ini berarti menyenangkan orang untuk memberitakan sesuatu yang seperti mereka mau, bukan memberitakan kebenaran Allah yang sungguh-sungguh benar. Keilahian Kristus sebagai sebuah kebenaran dan inti kabar keselamatan telah mengalami penolakan selama ribuan tahun.
Jadi ayat ini tidak bisa diparalelkan langsung dengan hubungan kepemimpinan antara atasan dan bawahan, antara rekan-rekan sekerja yang tidak ada hubungannya dengan kemurnian Injil, karena konteks ayat ini hanya berlaku dalam konteks Injil yang asli dengan Injil yang palsu.
Selanjutnya apa nilai abadi dari pesan ayat ini? Kita sebagai penerima & pemilik Kabar Keselamatan (Injil), tidak perlu takut pada penolakan manusia pada kebenaran Injil. Namun sebagai makhluk sosial kita memang harusmengusahakan relasi yang baik dengan sesama. Seperti perintah hiduplah dalam damai dengan semua orang, apalagi jika itu bergantung pada sikap kita (Roma 12:18). Jika kita berbicara soal menyenangkan orang lain, itu adalah bagian dari ketaatan pada perintah Tuhan untuk menjadi pendamai dimanapun, dan memberitakan Kristus dalam suasana persahabatan. Namun jika karena Injil kita tidak disukai bahkan dibenci, itu adalah harga yang harus dibayar. Mari kita selalu meletakkan penerapan Firman sesuai konteks dan tujuan ayat tersebut.
Inspirasi: Hidup hanya sekali dan tujuannya untuk menyenangkan Allah bukan manusia, bukan pula orang terdekat kita sekalipun.
(LPMI/Wahyu Djatikusumo)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024