SIAPA YANG MENGUASAI PIKIRAN KITA?

SIAPA YANG MENGUASAI PIKIRAN KITA?

Firman Tuhan   : Matius 16 : 21-27

Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Matius 16:23)

 

Hal yang menarik dari kisah ini di perikop sebelumnya Petrus dipakai Roh Kudus untuk mengatakan kebenaran tentang siapa Yesus. Namun diperikop selanjutnya Petrus dipakai Iblis untuk mengatakan sesuatu yang bukan dipikirkan Allah.

Bagaimana ini bisa terjadi kepada Petrus? Karena Petrus memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia bukan apa yang dipikirkan Allah. Pikiran manusia berdosa kita dipenuhi keinginan daging dan tempat Iblis untuk bisa mengendalikan banyak aspek dalam hidup kita yang membuat kehilangan damai sejahtera karena menyimpan, mempercayai dan mentaati apa yang iblis katakan sehingga membuahkan dosa. Dimana ada kepentingan diri sendiri selalu akan ada banyak kekacauan.

Bagaimana agar pikiran kita dikuasai oleh Allah?

Mengerti kehendakNya Saat kita tidak sungguh-sungguh mengerti Allah dan kehendakNya maka kita akan mudah sekali tersesat bahkan menyesatkan/ menjadi batu sandungan. Kita harus dapat membedakan apa kehendak Bapa dan kehendak manusia. Yesus adalah Firman Allah yang menjadi manusia sebagai standar dan teladan untuk kita dapat mengerti kehendak Bapa.

Tunduk pada Kehendak Allah Tunduk pada kehendak Allah artinya kita menyerahkan pikiran kita untuk dikuasai oleh Roh Kudus. Dengan rela dan segala kerendahan hati agar kehendak Allah saja yang benar dan kita bersedia untuk mentaatiNya. Karena apa yang berasal dari Allah adalah kebenaran, mendatangkan kehidupan dan damai sejahtera serta tidak membawa kesesatan. Tunduk berarti kita siap menyangkal diri dan hanya mentaati kehendakNya saja bukan kehendak diri kita sendiri.

Inspirasi : Apa yang sedang menguasai pikiran kita saat ini? Pikiran yang berasal dari Allah adalah kebenaran yang mendatangkan damai sejahtera atau pikiran manusia.

LPMI/Herma Nurryiswanti

share

Recommended Posts