Sisi Lain Uria
Bacaan : 2 Samuel 11: 6-25
Tetapi Uria berkata kepada Daud: “Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!” (2 Samuel 11: 11)
Sejarah sebagai fakta kadang mengalami berbagai penilaian ketika dilihat dalam konteks masa yang berbeda. Fakta bisa diterjemahkan berlainan sesuai cara pandangnya. Demikian pula kisah perwira hebat pada bacaan kita. Uria adalah salah satu dari 37 prajurit terbaik Israel dalam pimpinan Abisai (2 Samuel 23:39)
Kita akan melihat perspektif kasus Uria waktu itu bukan sekedar sisi kelicikan atau tipu muslihat Daud, sebab dosa is dosa. Predikat keberdosaan Daud ditengah kesalehannya jelas ditulis dan kita baca sampai akhir jaman (I Raja-raja 15:5). Sekarang dalam konteks yang lebih luas/ holistik, salahkah atau tidak bolehkah jika Uria pulang sebentar sekian detik untuk menengok isterinya? Mungkin etika profesi keprajuritan saat itu ketat, namun kenyataannya perintah seorang raja (panglima perang tertinggi) itupun ditolak oleh Uria. Ini adalah pelajaran penting tentang paradigma nilai karier dan keluarga. Uria sepertinya memberi nilai istri (keluarganya) jauh lebih rendah dibanding kariernya. Ini bukan menghakimi Uria karena selama ini kita memandangnya sebagai korban. Namun kisah ini mengajarkan kita saat ini sebuah hikmat dan kearifan dalam percaturan nilai di dunia profesi yang makin keras. Kita melihat cerita diatas secara utuh bukan semata narasi hitam putih sepihak.
Bagaimana nilai-nilai saat ini? Seberapa kita memberi nilai terhadap karier dan keluarga? Bill Bright memberikan sebuah prinsip lingkaran konsentris penting yaitu: God, family, ministry. Tuhan sebagai pusat, keluarga di ring kedua dan karier di ring ketiga. Hal ini menolong kita meletakkan semua hidup kita berpusat pada Tuhan sehingga makna kemanusiawian itu menemukan bentuknya. Kita tidak bisa mentolelir kasus beberapa negara yang mengalami kemunduran populasi karena “malas” memiliki anak yang dianggap mengganggu karier. Akibatnya negara mereka diambill alih etnis lain secara gratis dan berbayar karena imigran ini beranak pinak dengan bebas. Perspektif berumah tangga yang keliru juga akan menghapus nasionalisme sebuah bangsa, bahkan prinsip alkitabiah yang dibangunpun turut sirna. Mari kita membangun prinsip hidup yang benar dan bijaksana dalam penerapannya berdasarkan hikmat Tuhan.
Inspirasi: Karier adalah sarana menjaga keluarga dalam pimpinan Tuhan.
(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)a
Recommended Posts
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024
Berdiri Teguh di Tengah Tantangan
November 20, 2024