SUBSTANSI VS SELERA

Firman Tuhan : 2 Timotius 4: 1-5
Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (2 Timotius 4: 3)
Sekelompok mahasiswa baru, berdiskusi perihal presentasi pengembangan diri. Dari ide-ide yang terkumpul ada 2 bagian yang berbeda. Pertama cukup komprehensif dengan konsep, analisa SWOT, dan strategi pokok. Sedang yang kedua terdiri dari hal-hal praktis dikemas dengan kalimat yang ringan dan mudah dibaca. Meskipun belum nampak konsep dasar dan arahnya, namun ide kedua lebih banyak dipilih karena mudah dikerjakan.
Hal yang praktis, simple, tidak menuntut pola pikir kritis, biasanya lebih disukai, termasuk khotbah-khotbah dan tulisan Kristen. Budaya pragmatisme ini terus berkembang sepanjang zaman, sejak zaman Paulus hingga sekarang. Hal praktis itu memang harus ada serta dirumuskan dalam tindakan operasional yang terukur dan jelas. tetapi tidak boleh kehilangan konsep besarnya. Dalam nasehatnya pada Timotius, Paulus memberikan warning bahwa ada fenomena orang cenderung menyukai ajaran yang menyenangkan. Si jahat dan kedagingan yang menguasai otak manusia bisa merusak semua sistem dan tatanan beribadah, bergereja, dan teologi. Ketika motivasi untuk mendengar dan belajar Firman Tuhan sudah salah, maka hasilnya membahayakan kehidupan iman jemaat, sampai pada taraf penyesatan. Hal ini harus ditanggulangi sedini mungkin. Peringatan keras Paulus pada Timotius ini berlaku sepanjang jaman. Iman yang diwujudkan dalam perbuatan tidak boleh kehilangan esensi /konsep alkitabiahnya. Sekedar mendengar khotbah atau mencari ayat yang menyenangkan saja akan merusak nilai-nilai keseluruhan alkitabiah dan kekristenan. Setelah Yesus naik ke sorga, Roh Kudus datang sebagai penolong kita. Banyak kesempatan bagi kita untuk mendapatkan tuntunan, hikmat, dan penghiburan-Nya dalam memahami serta menerapkan kebenaran firman Tuhan. Semakin setia berlatih, kita akan dituntun pada kebenaran demi kebenaran yang menguatkan.
Demikian pula dalam dunia kerja dan bermasyarakat, saat kita membangun
konsep berpikir yang mapan, berdimensi luas, maka tindakan kita pun selaras dengan bagian lainnya. Pada saat kita harus mempertanggungjawabkan tindakan itu maka ada ukuran yang objektif. Marilah kita membangun pola pikir dan pola kerja yang terstruktur rapi dalam kerangka Alkitabiah yang mapan. Setiap tindakan yang asal-asalan harus dievaluasi, dan ditemukan akar masalahnya sehingga pemecahannya rasional seturut kehendak-Nya.
Inspirasi: Tuhan menghendaki segala sesuatu berjalan dengan sopan dan teratur. Semua selera harus diletakkan di tangan Tuhan yang penuh kuasa.
LPMI/RM Wahju Djatikoesoemo, S.Pd.
Recommended Posts

MY DISCIPLE
November 18, 2025

BERHASIL DAN BERUNTUNG
November 17, 2025

BERHASIL DAN BERUNTUNG
November 17, 2025

