Superiority Complex

Superiority Complex

Bacaan: Yesaya 59:9-19

59:9 Sebab itu keadilan tetap jauh dari pada kami 1  dan kebenaran tidak sampai kepada kami. Kami menanti-nantikan terang, tetapi hanya kegelapan w  belaka, menanti-nantikan cahaya, tetapi kami berjalan dalam kekelaman. 59:10 Kami meraba-raba dinding seperti orang buta, x  dan meraba-raba seolah-olah tidak punya mata; kami tersandung y  di waktu tengah hari seperti di waktu senja, duduk di tempat gelap seperti orang mati. z  59:11 Kami sekalian meraung seperti beruang; suara kami redup seperti suara burung merpati; a  kami menanti-nantikan keadilan, tetapi tidak ada, menanti-nantikan keselamatan, tetapi tetap jauh dari kami. 59:12 Sungguh, dosa pemberontakan b  kami banyak di hadapan-Mu dan dosa kami bersaksi c  melawan kami; sungguh, kami menyadari pemberontakan d  kami dan kami mengenal kejahatan kami: 59:13 kami telah memberontak e  dan mungkir terhadap TUHAN, dan berbalik f  dari mengikuti Allah kami, kami merancangkan pemerasan g  dan penyelewengan, mengandung dusta h  dalam hati dan melahirkannya dalam kata-kata. 59:14 Hukum telah terdesak ke belakang, dan keadilan i  berdiri jauh-jauh, sebab kebenaran j  tersandung di tempat umum dan ketulusan k  ditolak orang. 59:15 Dengan demikian kebenaran l  telah hilang, dan siapa yang menjauhi kejahatan, ia menjadi korban rampasan. Tetapi TUHAN melihatnya, dan adalah jahat di mata-Nya bahwa tidak ada hukum. m  59:16 Ia melihat bahwa tidak seorangpun 2  n  yang tampil, dan Ia tertegun karena tidak ada yang membela. o  Maka tangan-Nya sendiri memberi Dia pertolongan, p  dan keadilan-Nyalah q  yang membantu Dia. 59:17 Ia mengenakan keadilan sebagai baju zirah 3  r  dan ketopong s  keselamatan ada di kepala-Nya; Ia mengenakan pakaian t  pembalasan u  dan menyelubungkan kecemburuan v  sebagai jubah. 59:18 Sesuai dengan perbuatan-perbuatan orang, demikianlah Ia memberi pembalasan: w  kehangatan murka kepada lawan-lawan-Nya, ganjaran kepada musuh-musuh-Nya; bahkan kepada pulau-pulau x  yang jauh Ia memberi ganjaran. 59:19 Maka orang akan takut kepada nama TUHAN di tempat matahari terbenam y  dan kepada kemuliaan-Nya z  di tempat matahari terbit, a  sebab Ia akan datang seperti arus dari tempat yang sempit, yang didorong oleh nafas b  TUHAN. 

Superiority complex pertama kali dideskripsikan oleh psikolog bernama Alfred Adler pada awal abad ke-21. Superiority complex adalah perilaku seseorang, dimana ia percaya bahwa ia lebih baik dan hebat daripada orang lain. Orang-orang dengan sifat ini sering memiliki opini berlebih mengenai diri dan juga kerap melontarkan pengakuan diri yang sarat arogansi, namun tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka memiliki penghargaan akan diri yang berlebihan, serta enggan mendengarkan apa yang orang lain katakan, meskipun itu demi kebaikan mereka.

Bacaan kita pada hari ini, berkisah tentang akibat yang ditanggung oleh bangsa Israel karena perilaku superiority complex yang mereka miliki. Bangsa Israel meyakini bila mereka adalah bangsa terpilih, bangsa yang dikasihi Tuhan melebihi bangsa-bangsa lain. Mereka merasa sebagai bangsa yang paling unggul dan istimewa. Keyakinan ini ternyata justru menjebak mereka dalam sikap sombong disertai tindakan yang sembrono, bahkan mereka mengabaikan apa yang diserukan oleh Nabi Yesaya terkait pertobatan. Keyakinan mereka tentang keunggulan diri itu, justru membawa mereka jauh dari Tuhan, bahkan menuai penderitaan. Superioritas diri bangsa Israel membuat mereka jatuh dalam kesengsaraan, namun superioritas kasih Tuhan terhadap ciptaan-Nya telah disiapkan untuk menyelamatkan.

Belajar dari kisah bangsa Israel ini, marilah kita memeriksa diri dan hati kita secara rutin. Apakah kita masih menjumpai keyakinan maupun pemikiran yang mengandung superiority complex di sana? Kiranya, kita selalu meneladan Tuhan di dalam kelimpahan kasih-Nya. Yang superior atau unggul, yang berlebih, yang istimewa, yang utama, seharusnya bukanlah cara kita memandang diri sendiri, melainkan cara kita menghayati dan mengamalkan kasih Tuhan, yang kita terima di dalam kehidupan.

Selamat memeriksa diri dan menghayati betapa superior atau unggulnya kasih Tuhan yang merahmati kita.

(Pdt.Adhitya CN)

share

Recommended Posts