Tatkala Kita di Puji
Bacaan: Amsal 27:1-6
“Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kau kenal dan bukan dari bibirmu sendiri.” (Amsal 27:2)
Seorang pendeta sering dipuji karena khotbahnya yang bagus, namun apa kata sang pendeta, “Kalau saudara mengasihi saya tolong jangan memuji saya. Jujur saja kalau saya dipuji pasti saya senang, tetapi itu berarti saudara membuat saya jatuh dalam dosa kesombongan.” Ini tentu sikap yang terjadi dalam konteks pelayanan rohani. Tetapi barangkali orang yang bersikap seperti ini tidak banyak di dalam dunia yang penuh keangkuhan (1 Yohanes 2:16). Justru pujian atau sanjungan bagi mereka merupakan suatu kebutuhan, dan menjadi indikator bahwa dirinya memang hebat. Kalau ada yang memang tulus tak mau dipuji, itu juga merupakan kualitas rohani yang luar biasa.
Raja Salomo mengalaminya, karena sebagai seorang raja yang cerdas dan bijaksana, tentu saja dia mendapat banyak pujian (1 Raja-Raja 4:29-34). Bahkan sebelum orang lain memujinya, mungkin dalam dirinya sendiri ada rasa bangga diri. Suatu kebanggaan yang baginya wajar karena apa yang dia banggakan itu obyektif. Namun akhirnya ia sendiri menyadari akan bahaya kesombongan, yang dapat mendatangkan kehancuran/kejatuhan (Amsal 16:18).
Orang Kristen hendaknya dapat belajar pada orang-orang hebat luar biasa dipakai Tuhan, namun begitu rendah hati. Yohanes Pembaptis berkata, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yohanes 3:30). Paulus merasa dirinya paling hina di antara semua orang kudus.. (1 Korintus 15:9; Efesus 3:8). Petrus, menurut tradisi minta disalibkan terbalik, atas permintaannya sendiri. Masih banyak orang-orang luar biasa yang patut menjadi contoh bagi kita, mereka mengembalikan segala kemuliaan bagi Allah sendiri. Mungkin menurut ukuran manusia, kita sudah berbuat banyak dalam hidup dan pelayanan kita. Lalu bagaimana, benarkah semuanya itu bagi kemuliaan Tuhan saja?
Inspirasi: Kerendahan hati yang sejati dapat diukur dari bagaimana respons kita terhadap pujian dan sanjungan manusia. Dihina atau dipuji, dihadapi dengan motivasi bahwa segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.
(LPMI/Boy Borang)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024