Teladan Kemarahan Yesus

Teladan Kemarahan Yesus

Bacaan : Markus 3:1-5

Ia berdukacita karena kedegilan mereka. (Markus 3:5a)

Bait Allah menjadi salah satu tempat yang strategis untuk pemberitaan Injil kepada orang-orang Yahudi yang kadangkala disertai dengan mujizat kesembuhan oleh Yesus. Namun, sikap Yesus ini membuat orang Farisi, para pemimpin Yahudi lainnya dan Herodian (para pengikut Herodes) menjadi iri, benci dan ingin membunuhNya.

Melihat sikap mereka,Yesus menempatkan orang yang akan Ia sembuhkan di tengah-tengah dengan mengajukan pertanyaan sulit, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Pertanyaan ini sebenarnya untuk membantu mereka memahami kehendak Allah. Namun, bagaimana mungkin mereka bisa menjawa-Nya? Mereka bungkam! Menyembuhan orang sakit adalah perbuatan baik yang diperintahkan Tuhan, namun tindakan seperti itu dicap melanggar hukum sabat.

Menurut tradisi Sabat, jika jari Anda terluka, Anda dapat menghentikan pendarahannya, namun Anda tidak boleh mengoleskan salep pada luka tersebut. Anda bisa mencegahnya agar tidak menjadi lebih buruk, tapi Anda tidak diizinkan untuk membuatnya lebih baik. (David Guzik)

Yesus berdukacita atas porosis kardia (kekerasan hati) mereka. Dalam kemarahan Ia mendemonstrasikan kekuasaanNya dengan menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya. Yesus menyembuhkan bukan karena marah, melainkan karena kasih. Yesus marah karena mereka memilih untuk berbuat jahat daripada melakukan kebaikan. Kemarahan seperti apa yang sebenarnya dilakukan oleh Yesus?

John Wesley, mengatakan, “Marah terhadap dosa, berduka atas pendosa merupakan standar kemarahan Kristen yang sebenarnya. Namun siapakah yang dapat memisahkan kemarahan terhadap dosa dengan kemarahan terhadap orang berdosa? Tidak ada! tetapi orang yang benar-benar percaya kepada Kristus seharusnya mampu melakukan hal itu.”

Kebanyakan orang menjadi marah karena disakiti, ego yang mementingkan diri sendiri, dan karena kesombongan. Berbeda dengan Yesus yang marah bukan karena pembelaan terhadap diriNya atau memuaskan nafsu kemarahanNya melainkan karenan kasih-Nya kepada Allah dan manusia. Kemarahan Yesus menjadi teladan dan standard bagi orang percaya. Marah karena dosa dan kekerasan hati terhadap kehendak Allah, marah karena ketidakbenaran dan ketidakadilan, marah karena penyelewengan dan penyesatan. (Zandy Keliduan)

Inspirasi: Seperti apakah kemarahan Anda? Apakah kemarahan atas ketidakbenaran, dosa dan penyesatan atau kemarahan karena iri hati, dengki, dan ego?

(LPMI/ Zandy Keliduan)

share

Recommended Posts