Terpuruk

Terpuruk

Bacaan : Kejadian 1:1-31

“Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. “ (Kejadian 1:2)

Apa yang kita pikirkan tentang kata “terpuruk”? Sebuah keluarga mengalami kehidupan titik terendah: terbelit hutang, hubungan rumah tangganya goyah, digugat cerai, dan harus menjual apa saja termasuk rumahnya, serta mencoba mencari pinjaman sana-sini. Mencari pertolongan tapi sepertinya tidak ada jalan keluar. Keadaan ini adalah keadaan yang paling sulit baginya, yang mengurung dan memojokkannya. Bahkan ketika diajak untuk membawa persoalan ini dalam doa pada Tuhan, baginya tidak berguna, “kami tidak memerlukan doamu, kami butuh pertolongan yang nyata” jawabnya.

Keadan terpuruk dapat berupa masalah hubungan, financial, pencapaian, tuntutan orang lain atau pekerjaan, juga masalah kesehatan dan mungkin dosa-dosa tertentu yang dihadapi.

Apakah Saudara pernah menghadapi situasi seperti itu?

Bacaan kita hari ini menunjukkan ada kondisi dimana bumi tidak berbentuk, kosong, bahkan kegelapan yang meliputi samudera raya. Menjadi pertanyaan, apakah pada kondisi terpuruk itu berarti Tuhan tidak ada? Apakah ketika kondisi sepertinya tidak ada pertolongan, Apakah Tuhan meninggalkan kita?

Kabar baiknya, Firman Tuhan mengatakan, dalam kondisi kegelapan yang menutupi Samudera raya, Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. (ayat 2)

Apa artinya? Itu berati Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, apa pun kondisi kita. Donald Burn House mengatakan, “Allah bersedia melakukan hal-hal yang besar bagi saudara jika saudara mau bergantung pada-Nya, sesuai dengan Firman-Nya.”

Bagaimana Firman hari mengajarkan kita keluar dari masa “kegelapan dalam hidup”:

Pertama, katakanlah “Jadilah kehendak-Mu.” Setiap apa yang diciptakan-Nya, Tuhan selalu mengakatan, “Jadilah…” yangi mengajarkan kepada kita suatu sikap berserah dan pengakuan bahwa Tuhanlah yang sanggup melakukan segala perkara. Dia menjadikan dari yang tidak ada menjadi ada. Tuhanlah yang sanggup mengubahkan kehancuran menjadi kemenangan, karena Dia adalah Tuhan yang senantiasa mereka- rekakan yang baik.

Kedua, “ucapkanlah berkat” (ayat 22, 28). Apa yang ada pada kita adalah berkat terbaik dari Tuhan. Suatu sikap iman, bahwa kita hidup dalam kelimpahan-Nya. Dan Tuhan juga sanggup memberkati berlipat kali ganda, dengan suatu tujuan bahwa kita dimampukan untuk menjadi berkat bagi banyak orang.

Ketiga, “naikkanlah Syukur.” Ini adalah sikap penguasaan diri yang benar. Rasa syukur akan menyingkirkan keluahan dan gerutu. Ini adalah sikap iman bahwa kita menang dari dosa dan kehendaknya. Dan kita sedang menyatakan iman bahwa semua yang baik adalah datangnya dari Allah. Bahwa semuanya ini tentang Allah dan karya- Nya. Syukur adalah suatu sikap bahwa kepuasan sejati terletak pada Allah, suatu sikap bahwa kemuliaan adalah milik Allah. Bahwa yang baik dan yang sungguh amat baik datangnya dari Allah. Dan ketika kita bersyukur maka damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran kita akan memelihara.

Apakah Saudara berada pada posisi terpuruk? Ingatlah bahwa Tuhan Allah tidak pernah meninggalkan saudara. Ambillah langkah-langkah yang Tuhan sudah ajarkan; katakanlah “jadilah kehendakmu, ucapkanlah berkat dan naikkanlah syukur.

(LPMI/Agus Elliana)

share

Recommended Posts