THE POWER OF TRUST

THE POWER OF TRUST

Firman Tuhan: Markus 2:1-12

 “Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.” (Markus 2:12)

 

Kalau seseorang sudah percaya pada perkataan orang yang dipercayainya, tak ada lagi setitik keraguan dalam pikiran dan hatinya. Tak mau buang waktu, ia langsung melakukan apa yang diperintahkan. Demikian yang terlihat pada si lumpuh itu. Saat Yesus menyuruhnya bangun dan mengangkat tempat tidurnya untuk pulang ke rumah. Luar biasa imannya. Memang benar bahwa orang benar hidup oleh iman (Hab.2:4; Roma 1:17; Ibr. 10:38). Dia bukan sekedar percaya begitu saja, tetapi mempercayakan dirinya pada Tuhan. Ada tantangan? Pasti selalu ada. Pada waktu itu, ada beberapa ahli Taurat yang menyoroti perkataan Yesus bahwa Dia berkuasa megampuni dosa. Lalu menuduh Yesus menghujat Allah. Benar-benar menyedihkan. Katanya ahli Taurat, tetapi tidak mengerti perkataan Tuhan. Atau tahu, tetapi tidak mau tahu? Sementara si lumpuh sudah menikmati berkat dari iman percayanya, dan membuat banyak orang takjub, si ahli Taurat masih berkutat pada kebodohannya, dan membuat orang merasa kasihan pada mereka.

Hari-hari ini, faktanya sama. Semakin banyak orang mengalami berkat perubahan dan pembaharuan hati karena iman, tetapi masih banyak juga yang mengalami tekanan batin karena ketidakpercayaan. Bukannya sadar dan bersyukur Tuhan datang mencari dan mengampuni dosanya, malah berbalik mempersoalkan dan memperdebatkan kebenaran. Pada suatu hari seorang anak muda mengungkapkan keheranannya, bagaimana mungkin seorang teolog, yang banyak tahu kebenaran, termasuk fakta adanya suatu perubahan, malah mencurigai orang yang benar-benar sudah berubah. Sang teolog tahu persis teologi penebusan dosa oleh Kristus, tetapi dia sendiri ketinggalan dengan apa yang dia tahu itu. Ternyata dosa ketidakpercayaan tidak saja melanda pikiran orang yang belum mengenal Kristus, tetapi juga melanda pikiran orang yang sudah mengetahui tentang Kristus. Maka muncullah disini satu pertanyaan, “Lebih baik yang mana, “tahu tapi tidak percaya atau percaya tapi tidak tahu”? cf. Yoh.10:38. Percaya dulu baru mengerti, bukan mengerti dulu baru percaya. Segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman adalah dosa (Roma 14:23).

Seperti apa kepercayaan kita pada firman-Nya? Mungkin karena keterbatasan kita dalam memahami firman-Nya, kita terus bertanya sebagai tanda ketidaktahuan. Tetapi jikalau itu bersifat ‘mempertanyakan’ kebenaran, berarti meragukan Tuhan sendiri. Percaya yang tulus ditandai dengan ketaatan yang tulus pula.

 

Inspirasi: Ketidakpercayaan dan ketidaktaatan muncul, bukan karena tidak mengerti kebenaran, tetapi soal sikap hati yang tertutup dan tidak mau mengerti kebenaran.

LPMI/BB

 

 

share

Recommended Posts